Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Garsindo Anugerah Sejahtera, Yohannes Sugiarto menyebutkan, harga garam di wilayah Jawa Timur relatif bagus dibandingkan dengan daerah lain. Perusahaannya mampu menyerap garam petani dan membeli dengan harga yang sesuai.
"Harga relatif bagus di Jawa Timur dibandingkan daerah lain, ada yang Rp 550 bahkan Rp 800," kata Yohannes kepada wartawan di Surabaya, Kamis pekan lalu, dilansir Antara.
Ia mengatakan, PT Garsindo Anugerah Sejahtera yang bergerak di sektor penyerapan garam mampu menyerap garam petani hingga 5.000 ton per bulan untuk kebutuhan tiga pabrik yang berada di Gresik dan Sumenep, dengan serapan garam petani hingga 20 truk atau setara 200 ton setiap hari.
Advertisement
"Dengan jumlah rata-rata tersebut, ada sekitar 5.000 ton/hari garam petani yang terserap. Penyerapan ini berdampak terhadap harga garam petani yang relatif tinggi dibandingkan daerah lain, misalnya Cirebon atau Jawa Tengah. Di daerah tersebut harga garam bisa Rp 300, sedangkan di Madura sebesar Rp 550 hingga Rp 800," kata dia.
Baca Juga
Yohannes mengatakan, pihaknya tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan impor garam, karena mesin olahan garam di perusahaanya sudah mampu menjadikan garam lokal setara dengan garam impor lantaran perusahaannya ikut secara langsung melakukan edukasi kepada petani.
Dalam setiap pertemuan dengan petani, Yohannes juga mengaku selalu menekankan supaya petani menciptakan garam K1 atau kualitas terbaik agar mampu bersaing dengan garam impor.
"Saya selalu bilang ciptakan garam K1 supaya bisa bersaing dengan garam impor, dan sekarang garamnya sudah bagus," katanya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Perlu Peralatan Modern
Di Madura, kata dia, petani yang sudah mempraktikkan produksi garam dengan kualitas K1, kebanyakan daerah Sumenep. Bahkan ketika dilakukan uji laboratorium, garam petani Madura mengandung NaCl 98 dengan magnesium 0,048 setelah diolah dengan mesin pengolahan.
"Dengan kualitas ini dan dibantu dengan sistem pengolahan garam yang modern, maka garam produksi petani Sumenep bisa dipergunakan dan layak untuk kebutuhan industri," katanya.
Ia mengaku, perusahaannya tidak anti impor, tetapi kalau garam lokal bisa kenapa harus impor.
"Lha produk dalam negeri ini juga bagus, tinggal apakah kita mau maju bersama-sama atau tidak," katanya.
Advertisement