Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengelola sampah sehingga tidak membebani masyarakat dan pemerintah kota. Langkah untuk membenahi sampah tersebut telah dilakukan sejak 2011.
Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Eri Cahyadi menuturkan, Pemkot Surabaya melibatkan masyarakat untuk menangani masalah sampah.
Langkah dilakukan dengan membangun bank sampah di sejumlah kelurahan, RT dan RW. Kemudian memberikan penjelasan kepada masyarakat untuk memisahkan sampah anorganik dan organik. Hal ini dilakukan agar beban berkurang ke tempat pembuangan sampah (TPS)3 R dan tempat pembuangan akhir (TPA) di Benowo, Surabaya, Jawa Timur. Diperkirakan sampah masuk ke TPA Benowo sekitar 1.100 ton .
Advertisement
Baca Juga
"Kami sediakan TPS 3R di lima wilayah kota Surabaya. Kami ada kerja sama dengan Prancis yang sediakan larva untuk menghancurkan sampah. Jadi sampah yang masuk TPA tersebut tidak banyak atau sudah berkurang," ujar Eri saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (31/7/2019).
Eri mengatakan, pihaknya akan menambah TPS 3R lagi di tiga hingga empat titik di sejumlah wilayah Surabaya. Pemkot Surabaya sudah mengerjakan penambahan TPS 3R tersebut pada 2019.
Dengan melibatkan masyarakat untuk kurangi sampah, ia menilai hal tersebut efektif. Keterlibatan masyarakat dapat mengurangi beban pembuangan sampah di TPA Benowo. Pemkot Surabaya juga menyediakan rumah kompos untuk kurangi sampah.
Ia menuturkan, saat ini Pemkot Surabaya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi sampah plastik dengan batasi memakai air mineral botol sekali pakai dan sebaiknya menggunakan tempat air minum atau tumblr.
"Masyarakat dan Pemerintah Kota Surabaya berperan untuk kurangi sampah. Jangan sampai sampah itu jadi beban masyarakat," ujar dia.
Eri mengakui, ketika melakukan sejumlah langkah untuk mengelola sampah pada 2010 tersebut menemui kendala besar. Hal itu terutama mengubah pola pikir masyarakat. Akan tetapi, hal tersebut sudah berubah sehingga masyarakat perlahan-lahan sadar untuk mengelola sampah.
"Paling susah itu ubah mindset dengan kurangi sampah. Bagaimana agar tidak membuang sampah sembarangan,” ujar dia.
Sebelumnya, berdasarkan data RKPD Kota Surabaya Tahun 2019, volume produksi sampah Surabaya didasarkan pada asumsi timbulan yang dihasilkan tiap orang per hari, volume produksi sampah Surabaya dalam satuan m3/hari pada 2015 sebanyak 9.475,21 m3/hari. Kemudian pada 2016 sebanyak 9.710,61 m3/hari, angka ini meningkat seiring perkembangan kota. Pada 2017, volume produksi sampah 9.896,78 m3/hari.
Update
Eri menuturkan, biaya pengolahan sampah di Surabaya, Jawa Timur sekitar Rp 120 miliar. Biaya tersebut hanya untuk pengolahan dan pengangkutan sampah. "Anggaran untuk pengolahan sampah, pengangkutan sampah, penyapuan, pemeliharaan BBM dan kendaraan sampah, dan satgas kebersihan total kurang lebih Rp 260 miliar," ujar dia.
Ia menambahkan, anggaran tersebut juga termasuk pembuatan empat TPS 3R. Adapun Surabaya, Jawa Timur pada 2017, jumlah penduduk mencapai 3,34 juta orang dengan TPS sebanyak 187 unit.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Risma: Surabaya Membutuhkan 20 Tahun Kelola Masalah Sampah
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menyatakan, Surabaya membutuhkan waktu 20 tahun untuk membenahi masalah sampah. Hal itu lantaran ada masalah dana yang terbatas.
Risma menuturkan, sampah harus dikelola benar agar tidak menimbulkan dampak negatif untuk masyarakat. Sampah yang tidak dikelola benar, menurut Risma dapat menimbulkan banjir, lingkungan kotor dan penyakit. Risma mengakui, masing-masing daerah memiliki kesulitan mengelola sampah termasuk Surabaya.
"Surabaya harus 20 tahun (kelola sampah baik-red) karena keuangan terbatas. Ini bagaimana memanagenya," ujar dia, ditulis Rabu, 31 Juli 2019.
Risma menuturkan, kalau pengelolaan sampah tidak membutuhkan lahan terlalu besar. Hal ini mengingat saat pengalaman dia ke Jepang dan Korea Selatan. Dua negara tersebut membangun lahan tidak terlalu besar untuk mengelola sampah. Akan tetapi, pengelolaan sampah itu membutuhkan disiplin dan dikendalikan dengan baik.
"Tidak sulit kalau dikelola benar. Tidak perlu lahan besar, saya lihat di Jepang dan Korea Selatan, lahan kecil," kata dia.
Terkait perkembangan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), Risma menuturkan, PLTSa di tempat penampungan akhir (TPA) Benowo diharapkan segera selesai. Dengan begitu akan diresmikan pada November 2019. Dengan ada pembangkit listrik ini dapat menambah kapasitas listrik menjadi 11 megawatt (MW). Saat ini pihaknya masih diskusi dengan PLN terkait PLTSa tersebut.
"Insyaallah November kelar. Juli masalah kita belum bisa ada penyambungan PLTSa ke pln. Pln janji akhir Juli ini selesai. Kemarin dua MW sudah jalan. Ini ada tambahan jadi 11 Mw,” ujar dia.
Advertisement