Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menegaskan, pencapaian pengelolaan sampah di Surabaya, Jawa Timur bukan untuk juara-juaraan dan baik-baikan.
Risma menyatakan, ingin seluruh Indonesia menjadi bersih dan baik sehingga anak cucu terutama warga Surabaya bisa hidup dan berkarier di mana saja dengan nyaman.
"Saya selalu sampaikan saat menerima Adipura, ini benar yang dibutuhkan kota. Siapa yang mau datang ke Surabaya kalau kotor, siapa yang mau tinggal di Surabaya kalau penyakitan. Saya nanti dikira lagi kepingin ini (Jabatan Gubernur DKI-red), tidak," ujar dia seperti dikutip dari suarasurabaya.net.
Advertisement
Baca Juga
Risma menuturkan, prestasi pengelolaan sampah bukan untuk mengejar juara. Akan tetapi lebih dari itu, untuk mencegah penyakit dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setelah Surabaya bersih.
"Sebetulnya bukan untuk bagus-bagusan. Ini vital, sampah dan kualitas udara itu vital karena bisa jadi sumber penyakit. Sebagus apapun kota itu kalau sampahnya tidak terkelola dengan baik, itu jadi jelek. Bukan hanya jelek kotor, tapi impact-nya ke kesehatan, pendidikan, ke investasi, ke ekonomi dan macam-macam," ujar dia di Balai Kota Surabaya, Jumat (2/8/2019), seperti dikutip dari suarasurabaya.net.
Risma menegaskan, hal ini sebagai jawaban atas polemik perbandingan pengelolaan sampah antara Surabaya dan Jakarta beberapa hari terakhir, pasca kunjunga Badan Pembentuann Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta ke Surabaya pada 29 Juli 2019.
Tri Rismaharini menuturkan, ia berulang kali membantu kepala daerah lain dalam hal berbagi ilmu tentang pengelolaan sampah dan tata kota.
"Saya sampai desain sendiri untuk salah satu kota di Maluku Utara, karena wali kotanya datang sendiri, saya sendiri yang membikin sketsa desainnya. Saya berikan semua, kenapa enggak. Kalau se-Indonesia ini baik maka Indonesia maju. Anak cucuku (Warga Surabaya-red) suatu saat jadi apa di kota lain jadi nyaman," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Risma Akan Beri Masukan kepada Daerah Lain
Risma tidak mempersoalkan masukan soal pengelolaan sampah ini menjadi pembahasan panjang. Risma mengaku masih terus mau memberikan masukan bila ada kota lain studi banding ke Surabaya.
"Saya tidak masalah, aku lo bantu banyak sekali ke daerah-daerah. Kalau kemarin ada anggota DPR DKI Jakarta ke sini, kebangetan kalau aku tidak temui. Saya kota kecil saja tak bantu. Kalau seluruh Indonesia baik anak cucu saya tidak khawatir cari makan di mana saja," ujar dia.
Selain itu, Risma tetap konsisten mengatakan, anggaran pengelolaan sampah di Surabaya hanya Rp 30 miliar. Biaya itu termasuk untuk penyapuan da pengangkutan sampah, tapi belum termasuk biaya ke TPA Benowo atau PLTSa yang berbayar karena dikelola swasta.
"Karena Surabaya tidak punya duit maka pengelolaan sampah radak tradisional. Pengelolaan kebersihan hanya Rp 30 miliar, termasuk penyapuan, itu di luar tipping fee ke TPA Benowo. Untuk efisiensi maka saya buat TPS sekaligus pengelolaan sampah di kecamatan-kecamatan supaya bayar di TPA berkurang,” kata dia.
Advertisement