Sukses

Risma Ngaku Tak Punya Jadwal Khusus Blusukan di Surabaya

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), salah satu pemimpin daerah yang tak segan terjun langsung ke lapangan.

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), salah satu pemimpin daerah yang tak segan terjun langsung ke lapangan. Meski demikian, Risma mengaku kalau waktu blusukan tersebut tidak ditentukan dan sering spontanitas.

Ia pernah hujan-hujanan terjun ke lapangan. Menyiram tanaman di taman,membersihkan pedestrian di Jembatan Merah Surabaya. Kadang ia juga memegang handy talkie saat di lapangan.

Risma menuturkan, kalau tempat blusukannya tersebut tidak disetting dan bisa saja terjadi langsung untuk ke lapangan.

"Spontanitas. Kadang ke sopir bilang pak lewat utara, tol, lewat barat. Kadang lewat selatan. Saya pun tidak bisa atur jadwal," ujar Risma saat ditemui di Gedung SCTV Tower, ditulis Kamis (8/8/2019).

Demikian juga waktu blusukan yang tidak bisa dipastikan. Risma mengaku, pernah blusukan saat jam lima pagi hari. Ketika aktivitas masyarakat Surabaya belum terlalu padat.  Karena hari masih gelap saat jam lima pagi, Risma menceritakan kadang ada warga yang tidak mengenalnya. Namun, ketika sudah berjalan, warga Surabaya baru sadar dan langsung mengejar dirinya.

"Jam lima pagi aku sendiri, misalkan menyapa warga,  juga tidak tahu saya siapa. Kalau begitu pas mereka tahu, saya dikejar-kejar," tutur dia.

Risma menuturkan, di dalam mobilnya juga terdapat peralatan untuk membantu saat terjun ke lapangan di Surabaya. Peralatan itu mulai dari linggis, sepatu boot, jas hujan, pacul, helm, sapu lidi, beras, minyak goreng dan lainnya. Risma membawa alat-alat tersebut untuk membantu saat bekerja. Kalau tidak membawa alat itu akan mengganggu orang lain dan menghemat waktu.

"Kalau enggak ada alat itu susah, harus manggil dulu (orang-red). Kalau begitu, langsung mandiri. Saya mau buka saluran ada linggis,enak sendiri," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pemkot Surabaya Bakal Bangun Museum Olahraga di Gelora Pancasila

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan membangun museum olahraga di lahan Gedung Gelora Pancasila, Jalan Indragiri 6 Surabaya. Hal ini dilakukan usai beralihnya aset dari PT Setia Kawan Abadi melalui upaya hukum di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur.

"Sekarang sedang kami siapkan pembangunannya,” ujar Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, seperti dikutip dari laman Antara, Jumat, 19 Juli 2019.

Ia menuturkan, banyak atlet nasional meniti karier melalui berbagai pertandingan yang berlangsung di gedung olahraga Gelora Pancasila Surabaya pada era 1980-1990-an sehingga layak dibangun museum di tempat yang dinilai bersejarah itu.

"Seperti atlet bulu tangkis Rudi Hartono dan Minarti Timur itu dulu mainnya di situ," ujar dia.

Risma mengatakan, telah bertemu Rudi Hartono dan Minarti Timur serta atlet nasional lain yang punya pengalaman bersejarah di gedung olahraga Gelora Pancasial untuk kepentingan pembangunan museum tersebut.

"Mereka sudah menyatakan bersedia menyumbangkan kenangannya berupa kostum atau raket untuk nantinya dipamerkan di museum ini," kata dia.

Risma menuturkan, museum olahraga tersebut akan dibangun di bagian depan lahan Gelora Pancasila.

"Bagian belakang Gelora Pancasila tetap akan kami fungsikan sebagai lapangan olahraga," ujarnya.

Gelora Pancasila merupakan salah satu aset yang sempat dikuasai pihak swasta selama bertahun-tahun yang akhirnya dikembalikan ke Pemkot Surabaya melalui upaya hukum di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.

Selain Gelora Pancasila, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur juga berhasil mengembalikan aset Pemkot Surabaya di Jalan Kenari Surabaya, yang juga lama dikuasai pihak swasta, serta yang terbaru adalah aset Yayasan Kas Pembangunan (YKP) Surabaya.

"Masih banyak aset Pemkot Surabaya lainnya yang sampai sekarang masih dikuasai swasta, salah satunya adalah Kolam Renang Brantas. Kami juga sudah minta bantuan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur agar setidaknya aset tersebut bisa dikembalikan ke Pemkot Surabaya," tegas dia.