Sukses

185 Dokter Hewan Bakal Periksa Ternak Kurban di Sidoarjo

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menerjunkan 185 dokter hewan untuk memeriksa hewan kurban.

Liputan6.com, Sidoarjo - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menerjunkan 185 dokter hewan untuk memeriksa hewan kurban. Pemeriksaan hewan kurban ini dilakukan untuk memastikan hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha bebas dari penyakit berbahaya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Bambang E menuturkan, dokter hewan yang ditugasi memeriksa kelayakan hewan kurban antara lain berasal dari Universitas Airlangga dan Dinas Peternakan Jawa Timur (Jatim). Ia menambahkan, ada dokter hewan praktik mandiri, sukarelawan dan petugas teknis paramedis.

Ia menambahkan, dokter dan petugas kesehatan hewan akan mengecek dokumen dan kondisi hewan ternak yang masuk ke Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dari daerah lain dalam upaya mencegah penularan penyakit hewan ternak.

"Kami akan mengawasi supaya hewan sapi yang diangkut tidak menderita penyakit berbahaya seperti Antraks," ujar dia, seperti dilansir Antara, ditulis Kamis (8/8/2019).

Ia menambahkan, pihaknya memeriksa hasil jual beli, apakah pencurian atau tidak termasuk keabsahannya. Ini karena banyak kasus ternak yang hilang.

Dia menuturkan, petugas sudah mendatangi peternak dan pedagang ternak untuk memeriksa hewan kurban dan hingga kini tidak menemukan hewan yang berpenyakit berbahaya dari luar daerah.

Ia menuturkan, populasi ternak sapi dan kambing di Sidoarjo relatif stabil dan terjaga, antara lain meliputi  sekitar 14 ribu sapi potong dan 4.000 sapi perah. "Kemudian juga ada kambing, yang jumlahnya mencapai 130 ribu an," tutur dia.

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Polisi Veteriner Pastikan Kenyamanan Hewan Kurban

Sebelumnya, setiap idul kurban UGM selalu mengirim mahasiswa untuk memeriksa kesehatan hewan kurban dan kualitas daging hewan kurban pasca penyembelihan yang akan ditempatkan di seluruh area DIY. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. Dr. drh. Siti Istrina Oktavia Salasia mengatakan 350 mahasiswa yang ia sebut sebagai “polisi veteriner” ini selain memeriksa juga menjamin daging hewan ternak betul-betul layak dikonsumsi.

"Polisi veteriner ini tidak hanya memeriksa hewan kurban namun memberikan jaminan kesehatan daging hewan ternak agar layak dikonsumsi oleh masyarakat DIY," kata Istrina kepada wartawan, Senin, 5 Agustus 2019.

Polisi Veteriner menurutnya harus memperhatikan perlakuan warga masyarakat terhadap hewan kurban sesuai standar animal welfare atau kesejahteraan hewan. Sehingga hewan kurban tidak diperlakukan semena-mena selama pemeliharaan dan di saat menjelang proses pemotongan. 

"Kesejahteraan hewan harus dipastikan ketika sebelum disembelih agar hewan memiliki rasa tenteram, aman, tidak stres dan ia merasa nyaman," ujarnya.

Polisi Veteriner ini juga memiliki tugas mengawasi asal muasal hewan kurban apakah berasal dari sekitar tempat pembuangan sampah akhir atau bukan. Hal ini untuk memastikan agar daging hewan tersebut layak dikonsumsi.

"Tidak boleh hewan ruminansia tapi makannya sampah, peran kita sebagai calon dokter hewan untuk mengawasinya," katanya.

Ketua pengiriman petugas pemeriksaan hewan kurban Heru Susetya, mengatakan sebanyak 350 mahasiswa atau polisi veteriner ini terdiri dari mahasiswa S1, mahasiswa vokasi dan profesi yang dilibatkan dalam kegiatan ini. Bekerja sama dengan dinas terkait polisi veteriner menjamin daging hewan kurban aman, sehat, utuh dan higienes (ASUH) dan layak dikonsumsi.

"Kita ingin membantu masyarakat agar dagingnya yang ASUH, terjamin mulai dari sumbernya, proses penyembelihannya sampai ke tangan konsumen," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sasongko, mengapresiasi FKH UGM yang telah membantu pemerintah daerah dengan mengirimkan polisi veteriner itu. ia berharap polisi veteriner ini dapat meluruskan kesimpangsiuran informasi soal infeksi cacing hati dan kasus anthrax di DIY.

"Saya rasa di jogja banyak memang kena cacing hati, seolah sapinya tidak sehat tapi dagingnya tetap aman dikonsumsi. Lalu adanya muncul kasus penyakit anthrax seolah ini dianggap penyakit menakutkan," katanya.

Sasongko mengatakan polisi veteriner ini bisa melakukan pemeriksaaan dan pengawasan di daerah penampungan hewan kurban sehingga diketahui asal muasal hewan tersebut. Ia menyebutkan setiap perayaan lebaran idul adha, jumlah sapi yang dipotong di DIY mencapai lebih dari 20 ribu ekor dan 30-an ribu ekor kambing atau domba.

"Kita tidak tahu hewannya dari mana apakah sehat dan sebagainya lewat polisi veteriner," katanya.