Sukses

Mobil Formula Tenaga Listrik Mahasiswa ITS Surabaya Bakal Melaju di Jepang

Anargya, mobil formula buatan mahasiswa ITS Surabaya akan melaju di Jepang

Surabaya - Mobil formula bertenaga listrik ciptaan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan melaju pada 25 Agustus di kompetisi balap formula tingkat mahasiswa di Jepang.

Dilansir dari suarasurabaya.net, mobil yang diberi nama Anargya EV Mark 1.0 diklaim menggunakan komponen-komponen dari Indonesia sepenuhnya. Tim Anargya dari ITS Surabaya yang mendesain, memanufaktur, hingga merakit motor dan controller yang ada digunakan.

"Motor dan controllernya itu mampu sampai 60 HP. Tapi kita akan lihat di sana, ada sirkuit yang harus ditempuh, apakah kita perlu sebesar itu, kita akan lihat. Pengunaan baterai, jenisnya lithium polymer, lithium polymer yang kita pakai memiliki discharge rate tinggi, jadi di saat awal, di awal bisa ditarok hingga 10-20 C. Itu dia artinya bisa menghasilkan power besar di awal," ujar Alif Winarta, Pembimbing Tim Anargya Formula EV Mark 1.0 pada Kamis (8/8/2019).

Anargya EV Mark 1.0 menggunakan kapasitas baterai hingga 300 volt dan menggunakan motor listrik berdaya 72 kw. Dengan kapasitas ini Anargya EV Mark 1.0 digprediksi mampu menempuh jarak sejauh 75 meter hanya dalam waktu 5 detik dengan kecepatan maksimum 100 km/jam.

Alif mengatakan, mahasiswa ITS membutuhkan waktu tujuh bulan untuk menyelesaikan mobil formula ini. Proyek pembuatan mobil ini sebenarnya bukan yang pertama kali. Tahun lalu, mereka juga telah membuat sebuah mobil formula seperti ini. 

"Tahun lalu, sudah pernah bikin juga. Tapi komponennya berbeda, tahun ini kita bisa dapat hasil lebih baik. Tapi motor dan kontrollernya belum menggunakan buatan ITS. Sekarang sudah mampu," kata dia.

Rektor ITS Surabaya, Mochmad Ashari berharap, mobil Anargya ini mampu mengharumkan nama Indonesia di kompetisi internasional di negeri sakura tersebut.

"Target, mohon doa restu, diberikan kesehatan, kelancaran, seluruh tim ITS bisa mengharumkan nama Indonesia bisa membawa juara satu. Atau gold medal," pungkasnya.

 

(Tito Gildas, Mahasiswa Kriminologi UI)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

ITS Siap Bantu Kembangkan Jaringan Informasi Geospasial Nasional

Sebelumnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya siap membantu mengembangkan Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) melalui peran segenap sivitas akademikanya.

Rektor ITS, Mochamad Ashari menyampaikan hal itu dalam Rapat Koordinasi (Rakor) dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan JIGN di Hotel Santika Premier, Surabaya, Rabu, 7 Agustus 2019.

Menurut rektor yang biasa disapa Ashari ini, ITS memiliki beberapa peran dalam pengembangan JIGN. Ashari menyampaikan, ITS memiliki tenaga ahli dari kalangan dosen di Departemen Teknik Geomatika dan Teknik Geofisika yang juga bergerak di Pusat Pengembangan Infratrukstur Data Spasial ITS. 

"Pusat pengembangan ini merupakan bagian dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang menggelar acara ini," ujar guru besar Teknik Elektro ITS ini.

Ashari memaparkan, saat ini Pemprov Jawa Timur memerlukan data simpul jaringan geospasial dalam jumlah banyak. Saat ini, sebagian besar data tersebut sudah dikumpulkan oleh BIG. Namun, menurut Ashari, data dari BIG yang melibatkan peran 20 perguruan tinggi di seluruh Indonesia masih perlu diselaraskan agar dapat dianalisa dan digunakan demi kepentingan bersama.

Dalam waktu dekat ini, Ashari mengaku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pusat data geospasial ini perlu melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI sebagai penanggungjawab infrastruktur data, dan BIG sebagai pemilik data. 

Pada akhirnya data tersebut akan dimanfaatkan oleh banyak pihak. “Kawan - kawan ini (dosen ITS, red) yang mengelola (data tersebut), jadi PR kami masih sangat banyak,” ungkap Ashari sambil tertawa.

Sementara itu, menurut salah satu dosen yang juga ahli geospasial dari Teknik Geomatika ITS Surabaya Eko Yuli Handoko mengatakan, saat ini masih ada beberapa kendala terkait jumlah sumber daya manusia (SDM)-nya. 

Menurut Eko, tenaga ahli yang memahami perpetaan jumlahnya masih terbatas dan SDM masih belum didukung penuh. "Tentunya nanti akan ada andil mahasiswa, khususnya yang dipercaya oleh dosen yang terlibat," ujar dia.

 

3 dari 3 halaman

Perkuat Kerja Sama

Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Lalu M Jaelani mengungkapkan, ITS masih memerlukan tambahan SDM yang mumpuni. Infrastruktur data dirasa dosen yang biasa disapa Lalu ini masih mudah untuk dikejar, tetapi SDM juga masih perlu waktu lebih lantaran harus dilatih dulu sebaik mungkin. 

"Meskipun saat ini beberapa alumnus ITS sebenarnya sudah diincar oleh beberapa Badan Penelitian dan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) di Indonesia,” ujar dia.

Dalam acara ini, BIG dan ITS juga berkesempatan untuk memerkuat hubungan kerja sama keduanya. Kali ini, ITS kembali mendapatkan hibah dari BIG berupa peralatan uji kompetensi geospasial. 

Ashari mengatakan, total sejak tahun 2011 BIG telah memberikan hibah senilai kurang lebih Rp 1 miliar kepada ITS. Di antaranya ialah beberapa alat server, eco-sounder dan alat pencatat dan penunjang uji data lainnya, termasuk yang dapat dioperasikan di bawah laut.