Liputan6.com, Jakarta - Hampir setiap kota di Indonesia memiliki kawasan yang disebut kawasan pecinan. Menurut definisinya, pecinan disebut juga Chinatown. Sebutan itu datang karena wilayah tersebut mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Di Surabaya, Jawa Timur juga terdapat kawasan pecinan.
Kawasan pecinan di kota ini menjadi salah satu kawasan yang sangat heritage di Surabaya. Bagi pecinta bangunan kuno, tak ada ruginya berkunjung ke kawasan Pecinan di Surabaya ini.
Wisatawan akan dimanjakan dengan bangunan-bangunan eksotik masa lampau yang membuat kita flashback ke masa lalu. Selain memiliki suasana khas pecinan dengan bangunannya, kawasan ini juga menjadi pusat perkulakan yang mnejadi daya tarik tersediri bagi wisatawan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari Travelicious Surabaya, Malang, Madura karya Aryanto, kawasan Pecinan di Surabaya melintas di beberapa jalan. Jalan itu adalah Jalan Bibis, Jalan Karet, Jalan Cokelat, dan Kembang Jepun. Untuk asal usul nama kawasan "Kembang Jepun” itu sendiri muncul karena dahulu terkenal sebagai kawasan prostitusi. Kata “Kembang” melambangkan wanita (penghibur) dan Jepun (berasal dari kata Jepang).
Kawasan Kya-kya juga termasuk dalam kawasan pecinan Surabaya. Kawasan “Kya-kya” atau dalam bahasa diartikan “Jalan-jalan” ditandai dengan gapura berdekorasi naga dan singa di kanan kirinya. Di kawasan ini terdapat rumah milik warga China.
Menurut Yusak Anshori dan Adi Kusrianto dalam bukunya Jalan-jalan Surabaya, Enaknya ke Mana? untuk menuju ke kawasan pecinan Surabaya, kita cukup naik angkot ke JMP (bila dari arah barat) atau ke arah Pasar Atum (jika dari arah timur).
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Uniknya Arsitektur Gereja Kepanjen di Surabaya
Sebelumnya, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Kepanjen adalah gereja bercorak gotik di Surabaya, Jawa Timur. Bila Paris memiliki gereja Jean Baptise Antoine, Lassus, St. JeanBaptise de Velleville , di Surabaya ada Gereja Kepanjen ini.
Gereja yang dirancang oleh Westmaes, warga negara Belanda ini, sudah dibangun sejak 1899. Hal itu membuat Gereja Katolik Kepanjen menjadi gereja tertua yang masih ada di Surabaya.
Dengan gayanya yang bercorak gotik, bentuk jendela, pintu dan langit-langit melengkung ke atas dan membentuk sudut. Selain itu, atapnya juga runcing ke atas dan mempercepat jatuhnya air hujan.
Awal cerita, terdapat dua orang pastor dari Belanda yang ke Surabaya pada 12 Juli 1810. Pastor itu adalah Hendricus Waanden dan Phillipus Wedding. Saat Pastor Wedding harus bertugas ke Batavia, Pastor Waanders menetap di Surabaya.
Melansir dari Jalan-jalan Surabaya Enaknya ke Mana? karya Yusak Anshori dan Adi Kusrianto, Pastor Waanders sering mengadakan misa untuk umat Katolik yang ada di Surabaya. Hari berganti hari, jumlah umat Katolik yang datang ke gereja itu semakin bertambah banyak. Hal ini membuat mereka berencana untuk membangun sebuah gereja.
Barulah pada 1822, umat Katolik di sana merealisasikan pembangunan gereja pertama di pojok Room-sche Kerkstraat/Komedie weg (Kepanjen/Kebonojo). Namun, tak lama gereja pertama itu dipindahkan ke gedung baru, yaitu di Jalan Kepanjen nomor 4 -6, sebelah utara dari gedung lama di Surabaya.
Pemindahan ini dilakukan karena gereja lama telah rusak. Akhirnya lokasi itulah yang menjadi Gereja Katolik Kepanjen sampai saat ini berdiri.
Setelah dibangun pada 1899, gereja ini baru digunakan satu tahun kemudian pascapembangunannya. Penundaan ini disebabkan karena fungsi gereja yang sempat beralih fungsi menjadi rumah sakit darurat untuk menangani wabah kolera.
Bila ingin berkunjung, angkot yang mendekati lokasi gereja adalah JK, DP, JMK, N, O, Q, R2 dan K.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Advertisement