Sukses

ITS Surabaya Komitmen Kembangkan Pulau Kecil Terluar Indonesia

Pemerintah RI bersama ITS Surabaya menjalankan upaya pengembangan terhadap pulau-pulau terpencil.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan terhadap pulau-pulau kecil yang ada melihat kondisi kemaritiman dan potensi bahari yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah RI mengajak Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam upaya pengembangan pulau itu.  

Mengutip its.ac.id, Pemerintah RI bersama ITS membahas perihal masalah tersebut dalam acara tahunan ITS yang bernama Sustainable Island Development Initiatives (SIDI).

Staf Ahli Kementerian Pariwisata, Marsetio menuturkan, betapa pentingnya perhatian kepada pulau-pulau kecil, khususnya di daerah perbatasan bagi ekonomi dan kepentingan politik Bangsa Indonesia. Hal itu karena pulau-pulau tersebut menentukan titik terluar dari negara Indonesia.

Ia menuturkan, sejak zaman kerajaan, Indonesia membangun wilayahnya menggunakan teori bola lampu. Teori ini merupajan perumpamaan pembangunan yang terpusat hanya kepada wilayah induk pemerintahan, sehingga mengabaikan daerah terluar, seperti hal pulau-pulau kecil di perbatasan.

“Padahal Indonesia berbatasan langsung dengan 10 negara tetangga, sehingga memiliki potensi konflik garis perbatasan yang sangat tinggi,” tutur dia.

Marsetio menuturkan, di antara 10 potensi konflik itu, hanya sengketa perbatasan dengan Singapura yang sudah diselesaikan. Apabila Indonesia tidak menangani sengketa perbatasan ini dengan baik dan serius, akan berakibat pada hilangnya pulau beserta teritorialnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pengembangan Terhadap Pulau Kecil

Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dengan pulau-pulau kecil itu, Pemerintah Indonesia menggandeng perguruan tinggi dalam pengembangan pulau terkecil dan terluar.

Pemerintah salah satunya menggandeng ITS. tercetuslah ide untuk mengembangkan dan terselenggaralah rangkaian acara SIDI ITS bersama Pemerintah RI. Pada 2012, ITS mendapat kepercayaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengadopsi dua pulau terpencil yang ada di Indonesia, yaitu pulau Maratua di Berau dan Poteran di Sumenep. Akan tetapi, ITS menemui banyak kendala ketika mengatasi pulau itu.

Sekretaris SIDI, Setyo Nugroho menuturkan, setiap pulau memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda sehingga perlu pendekatan yang berbeda pula dalam pengembangannya.

Selama perjalanan SIDI ITS melakukan pengembangan terhadap pulau-pulau kecil, tim SIDI mengambil suatu kesimpulan masyarakat memiliki peran yang besar dalam keberhasilan program pengembangan pulau. Namun, ITS tetap yakin dan terus memperbaharui programnya sehingga menjadi lebih optimal.

"Rangkaian acara ini bertujuan untuk menyerap ide dan gagasan inovatif terkini untuk mengoptimalkan dan mengembangkan sektor kepulauan, wisata bahari (marine tourism) dan kemaritiman di Indonesia,” ungkap Ketua Pelaksana SIDI, Eko Budi Djatmiko.

Eko menambahkan, salah satu persoalan yang sering terjadi di pulau-pulau kecil adalah tidak adanya pemantauan terhadap program pengembangan oleh pemerintah pusat. Hal ini berdampak kepada tidak adanya keberlanjutan terhadap program tersebut dan juga pulau-pulau kecil ini banyak ditinggalkan oleh generasi muda karena sangat terpencil dan tertinggal.

"Oleh karenanya, dengan berbagai potensi yang ada, saatnya pulau-pulau di Indonesia harus dikembangkan secara merata. Mulai sektor wisata bahari, teknologi maritimnya, energi, lingkungan dan lain-lain harus berkembang di Indonesia secara merata," tutur mantan Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) dan wakil rektor ITS.

Rektor ITS, Mochamad Ashari menyatakan, kegiatan ini diselenggarakan oleh ITS untuk mengingatkan, Indonesia merupakan negara kemaritiman yang bukan hanya terdiri dari pulau besar dan berpenghuni, namun juga pulau kecil. Indonesia dengan 17.504 pulau yang memiliki puluhan ribu ragam jenis hewan laut, selama ini hanya dimanfaatkan potensinya pada pulau-pulau besar saja.

"Padahal, jika ditelisik lebih dalam, wilayah kepulauan yang kecil dan tidak berpenghuni juga memiliki potensi yang sama dengan pulau besar ini jika dimaksimalkan,” ujar dia.

 

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)