Liputan6.com, Ponorogo - Dua bulan terakhir di Ponorogo, Jawa Timur dilanda kemarau panjang. Hal itu membuat angin kencang. Angin kencang memberikan inspirasi tiga siswa MAN 1 Ponorogo untuk membuat alat pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga angin.
Para pelajar itu adalah Gilang Giordani (18), Tri Umi Lestari (17), dan Wardatul Hasanah (18). Ketiganya, memanfaatkan turbin ventilasi bekas dan sebuah motor listrik kecil alat buatan 3 siswa itu sendiri.
Gabungan itu, mampu untuk menggantikan sumber listrik dari PLN. Dengan tambahan perangkat mikrokontroler dan saklar otomatis yang langsung bisa menggantikan listrik dari PLN apabila padam.
Advertisement
"Jadi ketika listrik PLN padam, maka langsung diambil alih dengan pembangkit listik tenaga angin ini, sehingga kebutuhan listrik rumah tidak akan terputus,” kata Wardatul Hasanah, ditulis Selasa (3/9/2019).
Baca Juga
Wardatul menerangkan, jika cara kerja alat ini sangat sederhana, paling penting adalah adanya angin yang mampu untuk memutar turbin ventilasi. Kemudian turbin akan memutar sebuah motor listrik yang diteruskan oleh sebuah rangakaian kondensator untuk mestabilkan tegangan DC dari motor listrik.
Setelah itu tegangan DC dari motor listrik diteruskan kembali menuju baterai yang digunakan untuk menyimpan arus listrik. Tegangan listrik dari bateri yang masih DC kemudian disalurkan melalui perangkat inverter untuk diubah menjadi AC sehingga mampu untuk menyalakan peralatan rumah tangga.
"Untuk pemrogaman pada mirkokontroler menjadi penting karena hanya berselang milidetik ketika listrik PLN padam langsung diganti oleh perangkat tersebut," terangnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Minim Biaya
Siswa kelas XII ini menuturkan, jika sistem pengisian arus listrik dalam baterai pun tidak perlu khawatir jika kelebihan daya. Lantaran dalam rangkaian kondesator sudah didesain secara otomatis memutus arus jika daya dalam baterai sudah penuh. Sehingga baterai akan lebih awet dan tidak overcharge karena turbin akan berputar terus jika ada angin.
Meski terlihat menggunakan alat dan pemrogaman yang rumit, tapi alat buatan ketiga siswa ini tidak banyak menelan biaya. Mereka mengaku hanya mengeluarkan biaya tidak lebih dari Rp 600 ribu dengan lama pembuatan dan percobaan selama satu bulan.
"Kami sempat kesulitan dalam bahasa pemrogamannya, untuk rangkaian hampir tidak ada kendala," imbuhnya.
Wardatul melanjutkan selain adanya sumber daya angin yang tidak terbatas. Ia juga melihat ada banyak sekali turbin ventilator yang ada di banyak bangunan hanya dimafaatkan sebagai sarana sirkulasi udara, padahal menurut dia dengan alat sederhana turbin-turbin tersebut bisa saja dimanfaatkan untuk pembangkit listrik sederhana seperti alat buatannya.
"Kami masih terus untuk menyempurnakan alat ini agar mampu diaplikasikan kemasyarakat umum," pungkasnya.
Advertisement