Liputan6.com, Jakarta - Surabaya adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia. Surabaya menempati posisi kedua sebagai kota dengan populasi terbanyak di Indonesia setelah Jakarta. Data Surabaya menunjukkan, jumlah penduduk Kota Surabaya pada 2018 mencapai 3.094.732. Angka ini selalu mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di Surabaya selalu dinamis. Menurut data dari BPS Surabaya yang dikutip Rabu (10/9/2019), pada 2014 dan 2015 jumlah penduduk laki-laki Surabaya menempati posisi lebih banyak. Namun, melihat data tiga tahun terakhir, jumlah perempuan di kota ini mendominasi daripada laki-laki.
Sejak 2016, jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan selalu lebih tinggi. Pada 2018, jumlah perempuan di Surabaya mencapai 1.552.994. Sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki di Surabaya pada 2018 hanya berjumlah 1.541.738.
Advertisement
Baca Juga
Jumlah penduduk Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.534.438 jiwa dan perempuan sebanyak 1.540.445 jiwa pada 2017.Pada 2016, data Surabaya mengutip BPS menunjukkan jumlah penduduk Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.507.474 jiwa dan perempuan sebanyak 1.509.179 jiwa.
Di sisi lain, kecamatan di Surabaya yang paling banyak penghuninya adalah Kecamatan Tambaksari, Surabaya Timur. Secara total, jumlah penduduk di kecamatan ini sebesar 234.473.
Sedangkan untuk kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit pada 2018 adalah Kecamatan Bulak, Surabaya Utara. Jumlah penduduk di kecamatan ini hanyalah berjumlah 45.211.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sektor Pendidikan Sumbang Inflasi pada Agustus 2019
Sebelumnya, Inflasi Kota Surabaya Agustus 2019 tercatat 0,11 persen. Selain emas dan cabai rawit, sektor pendidikan menjadi salah satu penyumbang terbesar inflasi Surabaya pada Agustus 2019.
Berdasarkan data dari BPS, inflasi Agustus masih stabil seperti Juli 2019 sebesar 0,11 persen. Namun, komoditas sumbangan terbesar terjadinya inflasi di Surabaya mengalami perubahan.
Pada Juli 2019, faktor penyumbang inflasi Kota Surabaya didominasi oleh bahan pangan seperti cabai rawit, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah. Sedangkan pada Agustus, faktor penyumbang inflasi sudah berubah yaitu dengan masuknya biaya pendidikan. Hal ini disebabkan momentum Lebaran yang sudah berakhir.
"Pasca Idul Fitri, harga bahan makanan sudah menurun, sudah kembali normal. Begitu juga dengan tekanan sandang sudah menurun, bahkan sudah ada yang deflasi," tutur Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 10 September 2019.
Pada Agustus 2019, komoditas yang memberi sumbangan terjadinya inflasi di Surabaya adalah emas perhiasan, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, cabai rawit, dan sekolah menengah atas. Menurut Bhima, sektor pendidikan adalah hal yang harus diantisipasi oleh pemerintah saat ini.
"Yang harus diperhatikan pemerintah saat ini adalah pendidikan, misalnya seperti buku, hal-hal itu yang harus diantisipasi sekarang,” lanjutnya.
Advertisement
Emas juga Penyumbang Inflasi
Sementara itu, emas perhiasan dan cabai rawit masih tetap menjadi penyumbang terbesar inflasi di Surabaya. Selain menjadi pilihan investasi yang menarik harga emas sendiri memang sedang tinggi. Sedangkan abai, Bhima berharap agar pemerintah daerah dapat bekerja sama untuk mengantisipasi kenaikan harga.
"Memang cabai dipengaruhi faktor musim, tapi seharusnya pemda bisa bekerja sama sedemikian rupa agar harga cabai tidak terus menerus naik," ujar Bhima.
Bhima mengimbau agar masyarakat Surabaya tidak perlu khawatir terkait inflasi di kotanya. Inflasi Surabaya akan terus stabil hingga akhir tahun.
Sumbangan inflasi terbesar antara lain emas perhiasan sebesar 0,0971 persen, sekolah dasar sebesar 0,0971 persen, sekolah menengah pertama sebesar 0,0501 persen, cabai rawit sebesar 0,0376 persen, dan sekolah menengah atas sebesar 0,0301 persen.
Sedangkan komoditas yang hambat inflasi yaitu bawang merah sebesar -0,0371 persen, angkutan udara sebesar -0,0620 persen, tomat sayur sebesar -0,0493 persen, bawang putih -0,0291 persen dan jeruk -0,0188 persen.
Meski inflasi Surabaya stabil pada Agustus 2019, inflasi Surabaya termasuk tertinggi di antara delapan kota di Jawa Timur berdasarkan inflasi dari tahun ke tahun. Inflasi Surabaya dari tahun ke tahun sebesar 2,6 persen dan terendah Kediri sebesar 2 persen.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)