Liputan6.com, Jakarta - Berkunjung ke Ibu Kota Jawa Timur, yakni Surabaya, dapat melalui banyak jalur. Baik jalur transportasi darat, udara, dan laut dapat menjadi penghubung wisatawan untuk singgah di kota ini.
Bila hendak menggunakan kapal, wisatawan akan singgah di pelabuhan. Surabaya memiliki pelabuhan yang menjadi salah satu pintu gerbang masuk ke Kota Pahlawan ini.
Di sanalah pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Jawa Timur. Pelabuhan itu adalah Pelabuhan Tanjung Perak.
Advertisement
Baca Juga
Didukung daerah hinterland atau pemasok bahan baku Jawa Timur yang potensial, pelabuhan Tanjung Perak juga menjadi pusat pelayaran intersulair kawasan Timur Indonesia. Selain itu, Tanjung Perak juga berada di lokasi yang strategis.
Awal Kisah Pembangunan
Sebelumnya, dermaga di Jembatan Merah menjadi tempat kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya. Di sana, kapal-kapal masih membongkar dibantu dengan tongkang-tongkang dan perahu yang dapat mencapai Jembatan Merah.
Saat itu, Jembatan Merah merupakan pelabuhan pertama yang ada di jantung Surabaya melalui sungai Kalimas. Namun, seiring berkembangnya lalu lintas perdagangan, peningkatan arus barang, dan bertambahnya arus transportasi, akhirnya fasilitas dermaga di Jembatan Merah tidak mencukupi lagi.
Terkait hal itu, pada 1875 Ir.W. de Jongth menyusun rencana untuk membangun Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan ini dimaksudkan agar dapat memberi kesempatan kepada kapal-kapal samudera untuk membongkar dan memuat barang secara langsung, tanpa bantuan tongkang-tongkang dan perahu. Namun, rencana ini ditolak karena perihal biaya terlalu tinggi.
Setelah itu, pada sepuluh tahun pertama abad ke-20, Ir. WB. Van Goor membuat rencana yang lebih realistik. Rencananya adalah kapal-kapal samudera diharuskan untuk merapat kapalnya pada kade atau pangkalan tempat kapal menaikan dan membongkar muatan.
Melansir surabaya.go.id, dua orang ahli juga didatangkan dari belanda untuk memberi saran terkait rencana pembangunan pelbauhan Tanjung Perak. Orang tersebut adalah Prof.DR.J Kraus dan G.J. de Jongth.
Pada 1910, pembangunan pelabuhan Tanjung Perak pun dimulai. Selama masa pembangunan, banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade yang belum seluruhnya rampung pada saat itu. Oleh karena itu, permintaan yang banyak itu dilaksanakanlah perluasan.
Sejak saat itulah, Pelabuhan Tanjung Perak memberi kontribusi cukup besar untuk perkembangan ekonomi. Pelabuhan ini juga memiliki peranan yang penting, tak hanya lalu lintas perdagangan Jawa Timur, tetapi seluruh Kawasan Timur Indonesia.
Diberlakukan E-Ticket dan Gate in Online
Mengikuti perkembangan teknologi, Juni 2019 Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya telah resmi menerapkan E-Ticketing dan Gate in Online Kapal Penumpang dan Ro-Ro. Ro-ro menjadi titik awal transformasi pelayanan yang selama ini dilakukan secara manual.
Inovasi ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik untuk penumpang. Penumpang dapat dipermudah dalam mendapatkan informasi jadwal kapal, ketersediaan tiket serta kemudahan saat masuk ke pelabuhan sampai dengan naik ke atas kapal.
PT Pelindo III cabang Tanjung Perak Surabaya menjadi perusahaan yang mengelola Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Pelabuhan ini memiliki layanan penyebrangan melalui jalur laut menggunakan kapal dengan adanya terminal penumpang. Fasilitas yang disediakan di terminal penumpang adalah ruang tunggu, kantin atau kafe, ruang menyusui untuk ibu hamil dan lain-lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Menjadi Destinasi Wisata
Pelabuhan Tanjung Perak juga terdapat pelabuhan kapal pesiar dari luar negeri yang ingin transit ke Surabaya. Pelabuhan ini disebut “North Quay”.
Selain menjadi pelabuhan, North Quay juga digunakan sebagai tempat wisata yang bernama Surabaya North Quay atau disingkat SNQ. SNQ berlokasi di Jalan Perak Utara, Pabean Cantian, Surabaya.
Dari SNQ, pengunjung akan disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Hal ini dikarenakan SNQ menghadap langsung ke selatan atau ke arah laut. Selain pemandangan laut, SNQ juga menyediakan beberapa wisata kuliner khas Kota Surabaya.
Mengutip informasi pgsp.big.go.id, SNQ terdiri dari tiga lantai yang memiliki fungsi berbeda-beda. Lantai pertama, SNQ digunakan sebagai tempat pengguna kapal keluar masuk. Di lantai dua, terdapat ruang tunggu pengunjung kapal, mushola, serta kantor.
Sedangkan lantai paling atas, dikhususkan untuk tempat berjualan. Makanan hingga oleh-oleh tersedia di sana. Di lantai tiga ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Jembatan Suramadu dan tempat kapal pesiar. SNQ cukup ramai pengunjung terlebih saat hari libur.
Di pelabuhan ini, pengunjung dapat menyaksikan langsung matahari terbit dan terbenam. Walau memiliki kelebihan yaitu pemandangan yang indah, tempat wisata yang dekat laut cenderung panas saat siang hari.
Waktu yang ditempuh untuk sampai di SNQ, berkisar 20 menit dari pusat Kota Surabaya. Baik menggunakan motor atau pun mobil, pengunjung bisa datang ke tempat ini. Untuk menikmati wisata SNQ, biaya yang dipungut sebesar 10.000 rupiah.
Untuk biaya parkir sendiri, mobil dikenakan 7.500 rupiah dan untuk motor, 5.000 rupiah. Surabaya North Quay (SNQ) setiap hari Senin tutup dan buka pada hari Selasa sampai Minggu dari jam 09.00—21.00 WIB.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Advertisement