Liputan6.com, Jakarta - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur merupakan salah satu perguruan tinggi negeri favorit di kotanya. Unair memiliki rangkaian sejarah yang panjang, karena berawal dari cikal-bakal institusi pendidikan Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) dan School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT) atau sekolah kedokteran.
Mulanya pada 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia. Kemudian lembaga itu direorganisasi menjadi School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).
Selanjutnya pada 8 Mei 1913, sekolah dokter didirikan di Surabaya, Jawa Timur. Sekolah tersebut bernama Netherlandsch Indische Artsen School (NIAS). Sekolah ini berkedudukan di Jalan Kedungdoro 38 Surabaya. NIAS diresmikan pada 1 Juli 1913, sedangkan pendidikannya dimulai pada 15 Juli 1913.Demikian mengutip laman Universitas Airlangga, Selasa (17/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) merupakan salah satu sekolah dokter yang sudah ada semenjak Belanda masih menguasai negara ini. Dilansir dari jurnal.unej.ac.id, tujuan didirikannya NIAS ialah untuk mendidik dokter-dokter yang dapat langsung bekerja melayani kesehatan masyarakat.
NIAS yang disahkan pada 15 September 1913 itu pertama didirikan di Viaduct Straat Nomor 47 (sekarang Jalan Kedungdoro Nomor 38, Surabaya). Gedung NIAS dirancang oleh Ir F.L Wiemans. Pembangunan gedung NIAS digarap pada 1920 dan selesai 1921.Kemudian, pada 2 Juli 1923 NIAS dipindahkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang berada di Jalan Mayor Jenderal Prof Dr Moestopo Nomor 47.
Mengutip kemendikbud, sebagai rumah sakit pendidikan mula-mula digunakan Gavengenis Hospitas Simpang (Stadverband/GHS)kemudian Central Burgelujke Zieken-Inrichting (CBZ).
Kurikulum pembelajaran di NIAS disesuaikan dengan kurikulum di sekolah STOVIA, dengan masa pendidikan 10 tahun yang terbagi atas 3 tahun bagian persiapan (pendidikan dasar tentang kedokteran) dan 7 tahun bagian kedokteran (pelajaran yang diajarkan khusus kedokteran).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS)
Pada masanya, para calon dokter di NIAS melakukan praktik di Rumah Sakit Simpang, Surabaya. Akan tetapi, Rumah Sakit Simpang yang dibangun pada 1808 itu kini sudah rata dengan tanah.
Untuk dapat menimba ilmu di NIAS juga tidak begitu mudah, lantaran siswa yang diterima adalah lulusan dari MULO pemerintah, baik dari kalangan pribumi maupun keturunan Cina dan Arab. Pada 1928, terjadi perubahan masa studi di NIAS yang pada mulanya 10 tahun menjadi 8,5 tahun dengan menghapus pendidikan persiapan dan menerima tamatan MULO.
Sampai pada akhirnya, sekolah NIAS dan STOVIA ditutup oleh pemerintah Jepang. Kemudian, pada 1943 pemerintah Jepang kembali membuka Sekolah Dokter dengan menggunakan pengajar dan mahasiswa aktif yang berjasa dalam memperjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti dikutip dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id.
Pejuang tersebut, yaitu Dr. Soetomo. NIAS yang sempat mengalami beberapa kali pergantian nama sampai menjadi Ika Dai Gaku, setelah kekuasaan Jepang telah berakhir, yakni pada 14 Agustus 1945 lambat laun diambil alih oleh pemerintah RI dan diubah menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia.
Gedung NIAS ini pun masuk bangunan cagar budaya. Ini seperti ditetapkan dalam SK Menteri NoPM23/PW.007/MKP/2007 dan SK Walikota No188.45/251/402.1.04/1996.
Sebagai universitas pertama di kawasan Surabaya Timur, Unair pun diresmikan oleh Presiden RI pertama Sukarno pada 10 November 1954.
(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)
Advertisement