Liputan6.com, Surabaya - Peringatan 74 tahun perobekan bendera digelar di depan Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Surabaya , pada Kamis (19/9/2019). Adapun kegiatan teaterikal ini juga diikuti satu peleton prajurit Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan V), Lantamal V Surabaya yang dipimpin oleh Letda Marinir Sri Hari.
Prajurit petarung ini berbaur dengan ribuan warga Surabaya lainnya yang terdiri dari para veteran dan generasi muda menggelar aksi teaterikal perobekan bendera Belanda, menjadi bendera Merah Putih di Hotel Majapahit (Hotel Yamato kala itu).
Teaterikal ini menjadi refleksi 74 tahun silam, tepatnya pada 19 September 1945, ketika arek-arek Surabaya merobek warna biru bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel Yamato, Surabaya.
Advertisement
Baca Juga
Arek-arek Surabaya kala itu murka dengan tentara Belanda yang dianggap melakukan pengibaran bendera secara semena-mena. Padahal, saat itu Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa ini juga menjadi pemicu peristiwa 10 November 1945, yang saat ini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Risma mengharapkan, teatrikal yang disajikan bisa menjadi pemicu semangat generasi muda Surabaya, yakni untuk lebih mengenal sejarah para pejuang di masa lalu, sehingga sifat gigih dan berani yang diwariskan para pahlawan, bisa dimiliki generasi muda.
"Ya, sebetulnya ini pemicu semangat untuk anak-anak supaya mereka tidak kenal takut dan tidak pernah ada kata menyerah," ujar Risma seusai menyaksikan teatrikal tersebut.
Wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan itu pun mengaku senang dengan keterlibatan dan antusiasme yang ditunjukan generasi muda Surabaya dalam kegiatan tersebut. Situasi ini menandakan semangat semangat para pahlawan sudah terbentuk dan terbangun di dalam jiwa anak-anak muda Surabaya.
"Saya berharap ini terus karena mereka akan bertempur di perang sesungguhnya, yaitu memerangi kemiskinan dan kebodohan. Ini harus terus kita gelorakan supaya mereka tidak kenal kata menyerah," ujar Risma.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tantangan Generasi Muda Berat
Risma mengingatkan, tantangan generasi muda ke depan sangatlah berat. Apalagi pada 2020 generasi muda Indonesia akan bertempur menghadap pasar bebas World Trade Organization (WTO). Artinya mereka akan bersaing dengan generasi muda dari seluruh dunia.
"Kalau mereka hanya dibekali pintar, tidak ada daya juang, mereka juga akan gampang menyerah. Padahal, saat itu (dahulu) kan kita berjuangnya setengah mati untuk mempertahankan ini. Jangan sampai kita jadi penonton di kota kita sendiri. Mereka-lah yang nanti akan mengelola kota ini," kata Risma.
Oleh karena itu, Risma ingin terus memompa semangat juang anak-anak muda Surabaya. Sehingga semangat para pahlawan yang dahulu berjuang dengan segala keterbatasan bisa diwarisi generasi muda saat ini. Dia menuturkan, jika semangat tersebut sudah terbentuk dari kecil, maka generasi muda tidak akan mudah menyerah.
Sementara itu Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik, mengharapkan agar para pemuda bisa memaknai peristiwa perobekan bendera ini dengan baik dan benar, karena penuh pengorbanan serta cucuran darah dan air mata.
"Dengan peristiwa perobekan bendera ini, wujud untuk ibu pertiwi yang 350 tahun dijajah, peristiwa ini bagaikan mercusuar yang tetap bersinar," ujar Hartoyik.
Advertisement