Sukses

Mengupas Daya Tahan Ritual Tari Seblang oleh Mahasiswa Unesa

Salah satunya di Banyuwangi, Jawa Timur. Di daerah ini memiliki salah satu tarian yang mampu bertahan di tengah gempuran globalisasi. Tarian tersebut bernama Tari Seblang.

Liputan6.com, Jakarta - Daerah di Jawa Timur kaya akan budaya dan tradisi. Di tengah perkembangan zaman dan teknologi, budaya dan tradisi tersebut masih bertahan hingga kini. Salah satunya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Di daerah ini memiliki salah satu tarian yang mampu bertahan di tengah gempuran globalisasi. Tarian tersebut bernama Tari Seblang. Tarian ini termasuk salah satu budaya tertua di Banyuwangi. Hal ini artinya budaya tersebut memiliki ketahanan.

Tari Seblang juga memiliki keunikan dari tarian yang ada di Indonesia. Salah satu dari sisi pelaksanaannya. Tarian hanya dilakukan di dua tempat yaitu Desa Olehsari dan Desa Bakungan yang berada di Kecamatan Banyuwangi saja.

Selain itu, tarian dari sisi pelaku seblang juga ada sesuatu yang beda. Penari Seblang di Bakungan adalah wanita berusia di atas 50 tahun atau yang sudah menopause. Sedangkan penari Seblang Olehsari adalah anak peremuan (anak-anak) yang terpilih melalui prosesi kejiman (Supranatural). Penarijuga  masih dalam satu garis keturunan dengan penari Seblang sebelumnya.

Daya tahan Tari Seblang di tengah gempuran globalisasi ini juga menjadi daya tarik mahasiswa Universitas Negeri Surabaya untuk meneliti kebudayaan tersebut. Tim terdiri dari Asha, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Kholid Mabruri, Mahasiswa Administrasi Publik dan Nurul Komariah, Mahasiswa Pendidikan IPS Universitas Negeri Surabaya (Unesa)  meneliti Tari Seblang.

Penelitian yang dilakukan pada April 2018 ini pun lolos untuk ikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional pada Agustus 2018. Tim Unesa pun mendapatkan juara presentasi favorit pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Ingin tahu mengenai lebih dalam Tari Seblang? Apa saja yang ditemukan dalam penelitian tersebut? Berikut wawancara dengan tim Unesa lewat surat elektronik yang ditulis, Minggu (22/9/2019):

1.Mengapa Tertarik Meneliti Tari Seblang?

Bermula dari isu globalisasi di mana berdampak pada munculnya homogenisasi budaya di dunia. Hal ini dapat terjadi ketika budaya kurang cerdas dan selektif sehingga tidak memiliki ketahanan yang kuat untuk menghadapi dan bersaing dengan budaya-budaya lain. Seblang, sebagai salah satu budaya tertua di Banyuwangi ini tentunya memiliki ketahanan budaya (cultural resilience) dalam menghadapi terpaan globalisasi. Seblang merupakan ritual simbolik yang syarat makna.

Simbol tersebut perlu diungkap agar lebih dipahami dan menjadi pedoman masyarakat untuk menjalankan norma-norma kolektif sebagai upaya memperkuat solidaritas sosial. Lebih dari itu, solidaritas sosial yang kuat akan memperteguh cultural resilience (ketahanan budaya) untuk menghadapi globalisasi kebudayaan yang terjadi saat ini.

Di sinilah tim mengungkap nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya. Di sana juga banyak bertemu dengan budayawan dan pelaku budaya yang masih memegang teguh dan merawat budaya dan sinergitas antara masyarakat, pelaku budaya, serta pemerintah sangat baik dalam menjaga ketahanan budaya.

Pelaku utama Seblang sendiri adalah sosok nenek berusia 60 tahun dan seorang gadis belia merupakan tantangan tersendiri ditambah dengan penggunaan bahasa Banyuwangi (Osing) membuat penelitian ini memiki makna yang tinggi, khususnya bagi saya pribadi.

2. Sejak kapan penelitian tari seblang dilakukan? Berapa lama penelitian dilakukan?

Penelitian ini dalam rangka Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diajukan proposal penelitiannya pada awal Desember 2017. Setelah dinyatakan lolos didanai pada Maret. Penelitian mulai dilakukan pada April hingga Juli 2018 dengan mengikuti tahap monitoring dan evaluasi hingga dinyatakan lolos untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional pada Agustus 2018.

3. Apa bedanya tari seblang dengan tarian daerah lainnya di Indonesia?

Banyak sekali keunikan yang ada pada ritual tari seblang ini, seperti dari sisi pelaksanaannya yang hanya dilakukan di dua tempat, Desa Olehsari dan Desa Bakungan yang berada di Kecamatan Banyuwangi saja. Selain itu, dari sisi pelaku seblang. Di mana penari Seblang di Bakungan adalah wanita berusia di atas 50 tahun atau yang sudah menopause, sedangkan penari Seblang Olehsari adalah

wanita usia belia (anak-anak) yang terpilih melalui prosesi kejiman (Supranatural). Penari haruslah masih dalam satu garis keturunan dengan penari Seblang sebelumnya.

Pelaksanaan ritual Seblang Bakungan dilaksanakan setelah hari raya Idul Adha hanya dilakukan semalam suntuk, sedangkan Seblang Olehsari yaitu setelah perayaan hari raya Idul Fitri selama tujuh hari berturut-turut. Proses penentuan tanggal pasti pelaksanaannyapun juga melalui proses supranatural.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Tujuan Dari Tari Seblang

4. Sejak kapan tari seblang ini dilakukan oleh masyarakat?

Sulit untuk melacak awal keberadaan seblang ini. Namun ,beberapa literatur lain menyebutkan Ritual Seblang muncul sekitar 1771. Dahulunya ritual Seblang dilakukan di seluruh wilayah Banyuwangi, namun lambat laun hanya ada di dua desa di Kecamatan Glagah, yakni Desa Olehsari dan Kelurahan Bakungan.

Sebelum dilaksanakan pertama kalinya di Desa Olehsari tahun 1930, ritual Seblang dilaksanakan secara rutin setiap tahun di Desa Kemiren, yang terletak di sebelah utara Desa Olehsari. Awalnya, penduduk Desa Kemiren (Mbah Tompo) membeli seperangkat alat kesenian Barong lengkap dengan gamelannya.

Beberapa waktu setelah Mbah Tompo memiliki perangkat kesenian Barong, tiba-tiba Mbah Sapuah (penari Seblang), mengalami kesurupan. Jin yang menyusup ke raga Mbah Sapuah menghendaki agar ritual Seblang dipindahkan ke sebelah selatan desa, yaitu Desa Olehsari karena di Desa Kemiren sudah ada kesenian Barong dan untuk menghindari wabah. Bermula dari hal itu, seblang rutin dilakukan di desa Olehsari mulai 1930.

5. Apa tujuan dari tari seblang ini?

Seblang adalah upacara ritual bersih desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali sebagai ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan panen, kesuburan tanah, keselamatan warga desa, penyembuhan penyakit, penghormatan, dan mengusir roh jahat yang mengganggu ketentraman desa.

6.Apakah ada pemilihan khusus penari untuk menarikan tari seblang?

Ya, penari/pelaku seblang haruslah memiliki garis keturunan dengan seblang sebelumnya dan juga telah melalui proses pemilihan yang magis. Untuk desa Olehsari adalah pelaku dengan usia anak-anak dan di desa Bakungan adalah pelaku dengan usia lanjut.

3 dari 3 halaman

Hasil Penelitian

7. Dari penelitian ini, apa yang ditemukan mengenai ritual tari seblang?

Pertama, kami mengambil judul "Meretas Nilai Filosofis Ritual Seblang Banyuwangi Sebagai Strategi Cultural Resilience Menghadapi Globalisasi Budaya” yang mengungkap makna filosofis yang terkandung dalam Ritual Seblang.

Simbol-simbol yang ada dalam ritual pun sangat menarik seperti pada omprok, keris dan tahap ritualnya. Salah satunya yakni pada bagian Adol Kembang itu namanya Kembang Dermo. Dermo itu berarti mendemakan, sekadarnya,seikhlasnya artinya orang ini menjual bunga tidak disertai bandrol harga terserah orang ini mau menukar bunga itu dengan uang.

Ya itu mengapa dinamakan Kembang Dermo tujuannya memang untuk menyambung kekuatan silaturrahminya ada keyakinan dengan menyimpan kembang itu ada beberapa keinginan yang ingin dicapai oleh orang yang membeli. Masyarakat antusias dan berbondong-bondong untuk membeli bunga tersebut karena Kembang dermo dipercaya dapat memperlancar rezeki, jodoh dan kesehatan.

Hasil dari temuan kami, yakni nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam ritual Seblang sendiri adalah melestarikan warisan nenek moyang, wujud terimakasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa, perwujudan sikap rukun, perwujudan sikap keseimbangan sosial, perwujudan sikap menghargai alam, menjaga keseimbangan lingkungan dan melestarikan alam.

Ritual Seblang harus tetap dipertahankan keberadaannya sebagai identitas kultural dan sosial dalam rangka mewujudkan ketahanan budaya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengkonstruksi ketahanan budaya dari temuan penelitian, antara lain; Pertama, internalisasi melalui media pendidikan dalam muatan lokal berbasis kearifan lokal.

Kedua, rebranding wisata budaya berbasis nilai filosofis Seblang dan menerbitkan buku Seblang. Ketiga, sinergi lintas sektor antara pemerintah desa, tokoh adat, dan pemuda desa (Karang Taruna dan Sanggar Tari). Keempat, transformasi ritual Seblang dalam kemasan menarik dan penawaran paket wisata Seblang.

8. Apakah ritual tari seblang ini masih rutin dilakukan? Atau generasi muda di Banyuwangi sudah jarang untuk ikuti melestarikannya?

Seblang sampai saat ini masih dijaga dengan baik, sebab salah satu faktor penelitian ini dikarenakan ketahanan budaya dari seblang yang baik. Namun memang untuk regenerasi pelaku seblang cukup sulit karena haruslah memiliki garis keturunan dengan Seblang sebelumnya.

9. Unesa mendapatkan juara presentasi dari penelitian ritual tari seblang ini, apa kiat suksesnya?

Menjadi juara presentasi favorit pada ajang PIMNAS ke 31, tim mencoba mempresentasikan hasil penelitian dengan sebaik mungkin, dengan membawakan tarian ini pada awal pembukaan dan juga memperagakan bagaimana tahapan pada ritual adol kembang. Selanjutnya kami melakukan presentasi hasil penelitian dengan sebaik mungkin.

Dalam presentasi ini sendiri juga terdapat tanya jawab yang dilakukan oleh Juri untuk menguji hasil penelitian. Kami sebisa mungkin menjawab dengan yakin dan ilmiah. Sopan santun dan kejujuran (attitude) juga salah satu kunci dalam sebuah presentasi yang baik.