Sukses

Semburan Lumpur Mengandung Minyak dan Gas di Kutisari Surabaya Bertambah

Semburan lumpur yang semula satu titik kini bertambah menjadi dua titik di Kutisari, Surabaya, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Semburan lumpur dari pekarangan rumah Liswati, warga Perumahan Kutisari Indah Utara III/19, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya kini bertambah menjadi dua titik. Semburan tersebut mengandung minyak dan gas.

Bagian Keamanan PT Classic Prima Carpet Industries (CPCI), Ahmad Fauzi, mengatakan sehari sebelumnya gelembung semburan lumpur hanya keluar di satu titik, tapi pada Rabu 25 September 2019 ini menjadi dua titik.

"Titik ini berbeda dengan titik yang kemarin," ujar Ahmad Fauzi.

Menurut dia, pihak Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya masih melakukan sejumlah tes untuk mengetahui zat limbah semburan lumpur melalui pengambilan sampel semburan lumpur, dilansir dari Antara.

Untuk mengetes lumpur tersebut, lanjut dia, pihak ITS dan DLH menggunakan enviromental test meter atau alat untuk mengukur tingginya kadar gas SO2, NO, O3, CO, serta suhu. Alat tersebut terpasang di lokasi semburan gas untuk memantau kadar gas yang dikeluarkan semburan.

"Hasil tes belum dikeluarkan, belum ada solusi yang diberikan. Penyebabnya pun kami semua belum ada yang tau, tapi memang daerah ini sudah beberapa kali ada kejadian semburan lumpur," kata Setiawan, suami Liswati menambahkan.

Pengemudi penghuni rumah, Imam Kambali, mengatakan pada hari pertama, Senin 23 September 2019, yang keluar masih berbentuk lumpur sehingga ditampung ke dalam karung. Namun, pada hari kedua Selasa, 24 September 2019, mulai keluar minyak sehingga ditampung dalam drum.

"Jadi, dari kemarin sampai hari ini sudah ada totalnya 11 drum," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Kesimpulan Ahli

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Eko Agus Supiadi sebelumnya mengatakan petugas DLH telah mengecek semburan lumpur di Perumahan Kutisari Indah Utara III Nomor 19 itu, yang kemudian dinilai bisa masuk dalam kategori berbahaya karena kualitas udara di sekitar lokasi kejadian ada peningkatan, atau tepatnya ada peningkatan suhu udara.

"SO2 (Sulfur Dioksida)-nya di atas rata-rata, melebihi batas mutu," ujarnya.

Eko pun menyebut, batas normal SO2 adalah 900 mikrogram per meter kubik. Sementara, dari pengukuran yang dilakukan di lokasi semburan dengan alat gas monitoring kit, kadar SO2-nya mencapai 1.396,36. Hasil pengecekan sementara juga mengandung belerang.

Selain SO2, DLH juga mengukur Nitrogen Oksida (NO), ozon permukaan (O3), dan Karbon Monoksida (CO). Hasilnya, NO hasilnya 0,0 mikrogram per meter kubik, O3 hasilnya 67,86, serta CO-nya 2.165,1. Sementara temperatur tercatat 27,9 derajat.

Mengenai tindakan selanjutnya, Eko mengatakan DLH Surabaya akan terus berkomunikasi dengan tim dari Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Provinsi Jatim.