Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 17 drum yang berisi cairan lumpur yang sudah mencair dievakuasi petugas gabungan dari rumah pasangan Lisawati dan Setiawan di Jalan Kutisari Indah Utara III/19, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (28/9/2019).Â
HRD PT Classic Prima Karpet, Waskito menyampaikan, dirinya bersama lurah, camat dan petugas PGN, datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), sekitar pukul 07.30 WIB.
"Pukul tiga sore tadi, ada 17 drum yang sudah dipindahkan ke tempat lain, tempatnya sudah ditentukan oleh pak camat setempat, tidak jauh dari TKP," tutur Waskito saat dikonfirmasi Liputan6.com, melalui pesan singkat, Sabtu pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
Waskito juga menyampaikan, sesuai informasi yang didapat dari petugas yang sedang berjaga di TKP, anggota DPRD Surabaya didampingi penghuni rumah, Setiawan datang sekitar pukul 15.00 WIB .
"Anggota dewan memonitor perkembangan lumpur tersebut. Kondisi lumpur sudah lebih encer dibanding saat awal," kata Waskito.
Waskito juga mengatakan, semburan yang terjadi di Mess PT Classic Prima Karpet membesar pada Jumat 27 September kemarin. "Semburan saat ini semakin besar, tapi tidak sekental pertama keluar. Tidak ada lumpurnya sama sekali," ujar dia.
Selain bertambah encernya cairan yang keluar, aroma gas juga bertambah kuat hingga dikhawatirkan bisa berdampak bagi kesehatan. "Semburan yang keluar ini encer, dan aroma gas yang turut serta keluar dengan cairan juga sangat kuat. Saya takutkan kalau beracun atau kurang baik untuk kesehatan manusia," tutur dia.
Pihaknya kini sudah mengumpulkan hasil semburan tersebut sebanyak 45 drum besar. "Hari ini ada sekitar 45 drum, tadi sudah dibawa sekitar 24 drum. Dengar-dengar dibawa sama PT Surabaya Abadi Jaya. Cuma enggak tahu buat apa," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kandungan Minyak pada Semburan Lumpur Kutisari Surabaya Menurun
Sebelumnya, semburan lumpur yang mengandung minyak dan gas di pekarangan rumah Liswati, warga Perumahan Kutisari Indah Utara III/19, Kecamatan Tenggilis Mejoyo,  Surabaya, Jawa Timur, pada Senin 23 September 2019 dan Kamis, 26 September 2019 mulai menurun kadar minyaknya.
"Sudah cair banget yang keluar. Kalau kemarin-kemarin kental. Mayoritas air, tapi sepertinya masih ada kandungan minyak mentahnya," kata salah seorang warga setempat yang juga Ketua Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD Surabaya, William Wirakusuma di Surabaya, Jumat 27 September 2019.
Selain itu, lanjut dia, bau gas methana juga mulai berkurang tidak seperti pada saat semburan lumpur pertama kali keluar pada Senin, 23 September 2019. Hingga saat ini masih ada dua titik semburan minyak bercampur air yang debitnya mulai berkurang, dilansir dari Antara.
Menurut dia, lumpur bercampur air dan minyak tersebut ditampung dalam sebuah drum. Hingga saat ini sudah terkumpul sekitar tujuh drum.
Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana mengatakan,Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) akan memantau perkembangan semburan lumpur tersebut selama sepekan.
"Debitnya mulai berkurang terus. Dalam satu minggu ini kalau bisa tutup ya ditutup,"Â ujar dia.
Soal drum berisi lumpur bercampur minyak dan air, Whisnu mengatakan pihaknya menyerahkan ke pihak terkait dalam hal ini Pertamina. "Kalau itu dibuang nanti jadi polusi. Soalnya itu minyak mentah," kata dia.
Advertisement