Liputan6.com, Surabaya - Sejumlah petugas dari instansi pemerintah pusat maupun daerah mendatangi semburan lumpur di rumah yang dihuni oleh oleh pasangan Lisawati dan Setiawan di Perumahan Kutisari Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 29 September 2019.
HRD PT Classic Prima Karpet, Waskito mengatakan, info terbaru dari pihaknya yang berada di lokasi kejadian, ada sebanyak tiga petugas dari Badan Geologi Yogyakarta datang ke tempat kejadian perkara, sekitar pukul 08.00 WIB hingga 08.45 WIB, untuk mensurvei luapan lumpur tersebut.
"Selanjutnya, giliran petugas dari PGN yang datang ke lokasi sekitar pukul 10.00 WIB. Berdasarkan keterangan dari PGN, kandungan gas metan yang kemarin 9.000 sekarang sudah 11 000. Ppm sekarang 11 577 menjadi 21 506. Berbahaya sekali," tutur Waskito, Minggu pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
Waskito mengatakan, tidak berselang lama atau lebih tepatnya sekitar pukul 11.00 WIB, datang lagi enam personil dari ESDM Bandung.
"Kemudian, sekitar pukul 13.00 WIB, sampel tumpahan lumpur di Kutisari Surabaya di kirim ke Jakarta," ujar Waskito.Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lumpur Mencair
Sebelumnya, Petugas jaga PT Classic Prima Karpet mulai Sabtu 28 September kemarin, pukul 15.00 WIB hingga Minggu pagi 29 September 2019, pukul 07.00 WIB, kembali mengevakuasi 16 drum lumpur dari dalam rumah yang dihuni oleh pasangan Lisawati dan Setiawan di Jalan Kutisari Indah Utara III/19 Surabaya, Jawa Timur.
"Update sumber lumpur minyak di Kutisari sampai pukul 07.00 WIB, dari petugas jaga kami terkumpul 16 drum besar, masih di TKP," tutur HRD PT Classic Prima Karpet, Waskito kepada Liputan6.com, Minggu, 29 September 2019.
Waskito menuturkan, luapan lumpur yang sudah tujuh hari ini belum pernah berhenti, saat ini sudah dalam kategori mencair.
"Keluar dari sumbernya sudah dominan air, hanya kandungan minyak dan gasnya menunggu petugas dari PGN saja," ujar Waskito.
Â
Advertisement