Sukses

6 Fakta Menarik Tari Jaranan Buto, Seni Khas Banyuwangi

Jaranan Buto khas Banyuwangi, tidak terlepas dengan cerita rakyat yang melegenda yaitu Menak Jinggo.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia kaya akan seni dan budaya, seakan tak ada habisnya untuk diceritakan. Salah satu kesenian Indonesia yang paling dikenal adalah seni tari tradisional. 

Setiap daerah di Indonesia memiliki tari tradisional dengan keunikannya masing-masing. Salah satu daerah di Tanah Air yang kaya akan seni tari adalah provinsi Jawa Timur. Sebagian besar tari tradisional di provinsi ini merupakan tari yang diwariskan oleh seniman terdahulu, seperti Tari Jaranan Buto.

Tari Jaranan Buto merupakan seni tari tradisional khas Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam kesenian ini terdapat beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga menjadi suatu keunikan dalam pementasannya. Keunikan seni ini meliputi inti cerita, kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan lainnya.

Para pemeran Jaranan Buto menggunakan kostum yang gagah serta tata rias wajah yang terkesan seram. Para penari juga menggunakan kuda atau jaran tiruan seperti pada kesenian Kuda Lumping.

Di balik keunikannya, terdapat beberapa fakta menarik dari seni Tari Jaranan Buto ini. Berikut 6 Fakta Menarik Tari Jaranan Buto yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (2/10/2019).

2 dari 7 halaman

1. Makna di balik nama Jaranan Buto.

Jaranan buto dapat diartikan "kuda lumping raksasa". Keberadaan kesenian Jaranan Buto, tidak terlepas dari cerita rakyat yang melegenda yaitu Menak Jinggo seorang raja kerajaan Blambangan. Konon Raja Menak Jinggo berperawakan besar dan kekar bagaikan raksasa atau buto.

Sesuai dengan namanya Jaranan Buto, kesenian ini diperankan oleh para penari berperawakan tinggi besar dan kekar, dengan memakai kostum yang mirip buto. Gerakan tarinya juga mengekspresikan gerak-gerik raksasa.

3 dari 7 halaman

2. Kuda Tiruan yang digunakan berbeda bari tari jaranan yang lainnya.

Kesenian Jaranan Buto menggunakan kuda atau jaran tiruan seperti pada kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan. Namun, ada yang berbeda dari kuda tiruan yang digunakan dalam tarian ini.

Kuda tiruannya tidak menggambarkan kuda secara nyata seperti pada tarian sejenis lainnya. Kuda tiruan yang digunakan memiliki kepala menyerupai kepala raksasa atau buto yang menyeramkan.

4 dari 7 halaman

3. Keunikan tata rias dan kostum yang dipakai.

Seperti pada kesenian tari pada umumnya, kesenian Jaranan Buto juga memiliki keunikan riasan wajah dan kostumnya tersendiri. Jika diperhatikan tata rias wajah pemain Jaranan Buto terlihat menyeramkan karena menyesuaikan dengan karakter buto. Terdapat gambaran yang menyerupai taring pada wajah pemainnya.

Kostum yang digunakan juga terlihat menyerupai kostum raksasa namun juga terlihat sangat gagah dengan balutan kain tradisional, selendang dan hiasan kepala. Secara keseluruhan penampilan pemain Jaranan Buto memang sangat jelas menggambarkan raksasa yang kekar dan menyeramkan.

5 dari 7 halaman

4. Musik pengiring yang berbeda dengan kesenian jaranan pada umumnya

Penari Jaranan Buto menari dengan gerakan-gerakan selayaknya raksasa. Gerakan tersebut semakin terlihat menarik dengan mengikuti alunan musik tradisional pengiringnya. Musik Pengiring yang digunakan dalam pementasan Tari Jaranan Buto memiliki perbedaan dari Tari Jaranan secara umum.

Tari Jaranan Buto dalam pementasannya diiringi alunan alat musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat gamelan.

6 dari 7 halaman

5. Mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Tari Jaranan Buto berkembang di daerah Banyuwangi dan Blitar, Tarian ini dipertunjukkan pada upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Seni Tari Jaranan Buto dalam perkembangannya memiliki suatu perkembangan yang sangat pesat diantaranya adalah variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya.

Bahkan, kostum Buto yang dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi dari tahun ke tahun. Hal itu menunjukkan kreatifitas dari para seniman Jaranan Buto yang cukup dinamis.

7 dari 7 halaman

6. Terdapat atraksi kesurupan.

Pada puncak pertunjukan biasanya terdapat atraksi kesurupan para penari Jaranan Buto. Konon para penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang-orang di sekitar pementasan yang menggodanya dengan bersiul.

Penari yang dalam keadaan kesurupan memperlihatkan atraksi memakan pecahan kaca, api, ayam hidup dan masih banyak atraksi lagi yang ditampilkan.

Di dalam pementasan Jaranan Buto biasanya terdapat seorang pawang yang berperan untuk menyadarkan kembali para penari atau penonton yang juga ikut kesurupan saat pementasan.

Video Terkini