Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mengaku tak merasa aneh jika diisukan akan masuk dalam jajaran menteri yang membantu kabinet pemerintahan Joko Widodo-KH Maruf Amin.
"Ketua KEI itu sama saja dengan menteri, sejajar. Jadi sama saja, bukan sesuatu yang aneh, saya ketua KEIN kok. Dulu ketua partai juga anak buah saya jadi menterinya SBY," ujar Soetrisno usai menjadi pembicara di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Senin (7/10/2019), dilansir Antara.
Namun demikian, ia menegaskan, Joko Widodo sebagai presiden memiliki kewenangan penuh untuk menentukan siapa saja orang yang layak menjadi menteri-menteri yang siap membantu kinerjanya.
Advertisement
Baca Juga
Soetrisno pun meyakini Jokowi akan memilih orang-orang yang mengisi jabatan menteri merupaka orang-orang yang dibutuhkan bangsa Indonesia.
"Ini nanti Pak Jokowi yang akan memutuskan sendiri. Ini hak prerogratif presiden. Orang-orang yang sesuai dengan kebutuhan bangsa ini,” kata dia.
Mengenai ada atau tidaknya tawaran dari pihak Jokowi untuk menjadikannya menteri, Soetrisno enggan menjawabnya. “Koyok pisang goreng ae,” ujar Soetrisno.
Meski begitu, Soetrisno mengakui ada komunikasi yang terjalin antara dirinya dengan pemerintahan Jokowi.
Terkait pemilihan dan pergantian kabinet tidak menjadi masala besar, karena menurut Soetrisno Bachir hal itu merupakan sesuatu yang biasa terjadi.
"Jangan pembentukan kabinet atau pergantian kabinet menjadi persoalan yang besar. Di negara lain biasa. Kita sudah pernah mengalami di zaman Gus Dur itu ganti-ganti menteri, itu biasa saja. Hobinya ganti menteri,” ujar dia.
*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ketua KEIN Usul Pemprov Jatim Bantu Motor Listrik Gesits ITS
Sebelumnya, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir optimistis sepeda motor listrik buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Gesits dapat berkembang jika didukung pemerintah daerah setempat. Apalagi kendaraan listrik akan menjadi kebutuhan masa depan.
Ia menyampaikan hal itu, saat menjadi pembicara Focus Group Discussion (FGD) bertema strategi pengembangan industri di sektor industri kreatif digital, industri maritim dan pengembangan industri mobil listrik, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Senin, 7 Oktober 2019.
"Industri tanpa didukung proteksi itu nonsense, minimal dibantu daerah-daerahnya. Kalau ITS mungkin dibantu Provinsi Jatim atau daerah-daerahnya. Pegawainya, jangan beli lagi nonmotor listrik, belinya dari ITS," kata Soetrisno.
Penggunaan kendaraan listrik di lingkungan pemerintah daerah (pemda), lanjut dia, dilakukan sebagai upaya perlindungan agar produksi mesin ini bisa bertahan dan bisa memenuhi skala produksinya.
Ia menuturkan, industri motor listrik sudah bisa diwujudkan saat ini. Lantaran mobil dan motor listrik bisa jadi kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Indonesia.
"Ini sudah bisa diwujudkan sekarang, karena itu skala besarnya atau skala yang lebih besar. Sekarang sudah bisa pesan. Motor dulu lah yang bisa kita produksi ini, bagaimana ini dibeli oleh pemerintah daerah kota kabupaten maupun provinsinya," kata dia.
Jika industri motor dan mobil listrik berkembang di Indonesia, Soetrisno optimistis ITS akan menjadi motor utama dalam pengembangannya. Selain itu, saat mobil dan motor listrik ini bisa terwujud melalui industri dalam negeri itu membanggakan bangsa Indonesia.
"Bangsa Indonesia akan terlihat mempunyai kemampuan teknologi lebih tinggi. Kedua dari aspek ekonomi, karena kalau mobil listrik di produksi dalam negeri maka itu akan, mengurangi masalah lingkungan, jadi lebih bersih," ujar dia.
Ia yakin, mobil dan motor listrik, sesuatu yang tak dapat dihindari. Apalagi ada masalah impor yag terlalu besar. "Mobil-mobil yang ada itu kebanyakan komponennya impor. Bahan bakarnya impor juga, jadi kita banyak kerugian atau kerugian. Jadi saya yakin mobil atau motor listrik sesuatu yang tak bisa terhindarkan," kata dia.
Advertisement