Sukses

Ketua KEIN Harap Ekonomi Indonesia Tak Terseret Persoalan Politik

Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir tidak mau politik yang tidak sehat bisa menyebar ke berbagai sektor.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir berharap agar ekonomi Indonesia tidak terseret jauh ke dunia politik.

Soetrisno Bachir menuturkan, polemik revisi UU KPK tidak mengganggu sektor tersebut. Terlebih revisi UU KPK dikaitkan dengan investasi. "Saya cuma mengatakan bahwa dunia ekonomi bisnis itu harus mulai terlepas dari persoalan politik, seperti negara negara lain, di parlemen lempar lemparan kursi tapi tetap jalan. Saling caci maki tapi ekonomi tetap jalan," tuturnya di Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/10/2019). 

Dirinya mencontohkan, beberapa negara lain yang meskipun politiknya tengah bergejolak tapi ekonomi-nya tetap berjalan. "Di Thailand pemerintahannya berganti pun ekonominya tetap jalan. Jadi kegaduhan politik itu jangan menyebabkan ekonomi tersendat," ucap dia.

Dirinya pun mengajak untuk membendung politik yang diseret jauh ke dalam dunia ekonomi bisnis. Soetrisno tidak mau politik yang tidak sehat bisa menyebar ke berbagai sektor.

"Kita harus membendung agar arus jahat dari politik tidak menyebar ke perguruan tinggi ormas keagamaan, ini yang harus kita jaga semua, sehingga kehidupan masyarakat maupun kehidupan berekonomi tidak terganggu dengan kegaduhan politik," kata dia.

Saat disinggung mengenai penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) KPK, Soetrisno Bachir mengimbau masyarakat sepenuhnya menyerahkan penerbitan Perppu kepada Presiden Joko Widodo dan DPR.

"Nanti urusan presiden apakah mau menerbitkan itu, apa Perppu ataukah ada opsi lain, itu kita serahkan kepada presiden dan parlemen," ujarnya.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Ketua KEIN Usul Pemprov Jatim Bantu Pengembangan Motor Listrik Gesits

Sebelumnya, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir optimistis sepeda motor listrik buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Gesits dapat berkembang jika didukung pemerintah daerah setempat. Apalagi kendaraan listrik akan menjadi kebutuhan masa depan.

Ia menyampaikan hal itu, saat menjadi pembicara Focus Group Discussion (FGD) bertema strategi pengembangan industri di sektor industri kreatif digital, industri maritim dan pengembangan industri mobil listrik, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Senin, 7 Oktober 2019.

"Industri tanpa didukung proteksi itu nonsense, minimal dibantu daerah-daerahnya. Kalau ITS mungkin dibantu Provinsi Jatim atau daerah-daerahnya. Pegawainya, jangan beli lagi nonmotor listrik, belinya dari ITS," kata Soetrisno.

Penggunaan kendaraan listrik di lingkungan pemerintah daerah (pemda), lanjut dia, dilakukan sebagai upaya perlindungan agar produksi mesin ini bisa bertahan dan bisa memenuhi skala produksinya.

Ia menuturkan, industri motor listrik sudah bisa diwujudkan saat ini. Lantaran mobil dan motor listrik bisa jadi kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Indonesia.

"Ini sudah bisa diwujudkan sekarang, karena itu skala besarnya atau skala yang lebih besar. Sekarang sudah bisa pesan. Motor dulu lah yang bisa kita produksi ini, bagaimana ini dibeli oleh pemerintah daerah kota kabupaten maupun provinsinya," kata dia.

Jika industri motor dan mobil listrik berkembang di Indonesia, Soetrisno optimistis ITS akan menjadi motor utama dalam pengembangannya. Selain itu, saat mobil dan motor listrik ini bisa terwujud melalui industri dalam negeri itu membanggakan bangsa Indonesia.

"Bangsa Indonesia akan terlihat mempunyai kemampuan teknologi lebih tinggi. Kedua dari aspek ekonomi, karena kalau mobil listrik di produksi dalam negeri maka itu akan, mengurangi masalah lingkungan, jadi lebih bersih," ujar dia. 

Ia yakin, mobil dan motor listrik, sesuatu yang tak dapat dihindari. Apalagi ada masalah impor yag terlalu besar. "Mobil-mobil yang ada itu kebanyakan komponennya impor. Bahan bakarnya impor juga, jadi kita banyak kerugian atau kerugian. Jadi saya yakin mobil atau motor listrik sesuatu yang tak bisa terhindarkan," kata dia.

Â