Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya memusnahkan 59 paket tanpa dokumen di Kediri, Jumat (18/10/2019). Paket ini berisi berbagai macam benih komoditas pertanian dengan beratnya mencapai 67,97 kg.
Menurut Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Musyaffak Fauzi, paket tanpa dokumen ini merupakan imbas dari era globalisasi, yakni transaksi perdagangan dengan memanfaatkan media online sehingga dapat membuka peluang lalu lintas komoditas pertanian melalui jasa pengiriman misalnya kantor pos tanpa disertai dokumen yang dipersyaratkan atau illegal.
Namun demikian, sisi positif dari penggunaan media online dalam perdagangan (online shops) adalah mempermudah dalam mencari atau membeli barang yang murah ataupun yang tidak dapat kita temukan di offline store, mempermudah transaksi dan sebagainya.
Advertisement
Baca Juga
"Ini terbukti dengan adanya pemasukan 59 paket sejumlah 67,96 Kg yang berisi berbagai macam benih tanaman hias, tanaman perkebunan, sayuran dan buah, umbi ginseng, bawang putih, lada, jamur, dan kurma dari berbagai negara periode Juni sampai September 2019 melalui Kantor Pos Besar Kediri. Pemasukan tersebut tanpa disertai dokumen yang dipersyaratkan sehingga statusnya illegal," ujar Musyaffak dalam pemusnahan tersebut, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat pekan ini.
Dokumen yang dipersyaratkan di antaranya Surat Ijin Pemasukan (SIP) dari Kementan untuk benih dan sertifikat kesehatan/phytosanitarry Certifikate (PC) dari negara asal.
Oleh karena itu, Musyaffak menegaskan, walaupun hanya berjumlah puluhan kilogram dan nilai ekonominya tidak terlalu tinggi, berdasarkan risikonya benih merupakan media pembawa risiko tinggi untuk memnawa dan menyebarkan penyakit tumbuhan.
"Pemasukan komoditas pertanian tersebut berasal dari 16 negara yaitu Prancis, Hongkong, Korea, Rumania, Malaysia, Saudi Arabia, Thailand, Taiwan, Amerika Serikat, Belanda, India, Inggris, Jepang, China, Singapura dan Laos," ujar dia.
Â
Â
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bermula dari Informasi Bea Cukai
Musyaffak menceritakan, tindakan penahanan yang dilanjutkan dengan pemusnahan ini bermula dari informasi hasil X Ray bea cukai yang disampaikan kepada petugas Kantor Pos Besar Kediri.
Selanjutnya petugas kantor pos meneruskan kepada petugas karantina setempat dan melakukan pengamanan dengan menahan komoditas pertanian ilegal tersebut sambil menunggu kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.
"Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Bea Cukai dan pihak Kantor Pos Besar Kediri, berkat informasi dan kerja sama yang baik dengan petugas karantina sehingga pemasukan komoditas pertanian ilegal dapat digagalkan," ujar dia.
Musyaffak menyatakan, pemasukan ilegal ini telah melanggar UU  No. 16 Tahun 1992 pasal 6 menyatakan setiap media pembawa atau komoditas pertanian yang dilalulintaskan dalam wilayah Indonesia wajib melengkapi sertifikat kesehatan.
"Kemudian, melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditentukan dan dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina setempat untuk dilakukan tindakan karantina," ujar dia.
Herman dari Kantor Pos Besar Kediri menyatakan pihaknya siap bekerjasama dengan lebih baik lagi untuk mencegah masuknya komoditas pertanian illegal yang belum terjamin kesehatannya. Kantor Pos Besar Kediri siap mendukung dan bekerjasama dengan Karantina Pertanian guna melindungi kekayaan hayati Jawa Timur.
"Apalagi frekuensi pengiriman yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah dengan adanya layanan Kiriman 9 jam sampai di wilayah kediri sehingga aspek pengawasan menjadi perhatian,"ujar Herman.
Sementara untuk 59 paket itu sendiri sampai batas waktu yang ditentukan, sebut Herman, pemilik atau kuasanya tidak dapat melengkapi dokumen yang dipersyaratkan maka dilakukan penahanan, penolakan, dan pemusnahan. Karena itu, pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar.
"Selain untuk menegakan wibawa pemerintah, pemusnahan dilakukan untuk melindungi kekayaan hayati Jawa Timur dari hama penyakit tumbuhan luar negeri dan untuk memberikan efek jera kepada pemilik atau pelaku," kata dia.
Adapun pemusnahan ini disaksikan oleh Kepala KPP Bea Cukai Kediri, Kepala Kantor Pos Kediri, BKSDA Kediri, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Kediri, dan Pemilik Barang/Kuasanya.
Advertisement