Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) terkenal sebagai sosok pemimpin yang tegas dan berani. Tak jarang, Risma sesekali melakukan tindakan yang mengejutkan warga setempat.Â
Risma tidak segan untuk melihat langsung pintu air untuk tersendat kala hujan lebat turun. Tak hanya itu, Risma juga berani untuk langusng turun ke jalan bila sedang ada kemacetan.Â
Aksi tersebut Risma lakukan agar masyarakat dapat dengan cepat menemukan solusi. Bagi Risma, memberi kemudahan untuk masyarakat adalah hal yang terutama.
Advertisement
Baca Juga
Ada banyak momen menarik yang Risma lakukan selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Berikut 6 momen tak terlupakan dari Risma yang Liputan6.com rangkum dari Kisah, Perjuangan, dan Inspirasi Tri Rismaharini karya Ervina Pitasari:Â
1. Mengontrol Pintu Air Kala Hujan
Hujan yang turun di Kota Surabaya tidak membuat Risma segan untuk turun ke lapangan. Dengan atribut lengkap yaitu jas hujan dan sepatu bot, Risma bergegas mengecek dan mengontrol keadaan pintu air.
Bahkan terdapat momen di mana Risma sampai masuk Rumah Sakit saat Ia melakukan kegiatan. Hal ini dikarenakan Risma tergelincir saat ingin memberikan hadiah pada anak yang turut ikut menjaga kebersihan.Â
Dengan melihat langsung gangguan sistem air yang ada di Surabaya, Risma dapat menganalisis langkah yang harus diambil selanjutnya. Selain untuk memastikan tidak ada lagi saluran yang mampet saat hujan, Risma ingin agar seluruh warga Surabaya memiliki saluran air yang baik.
Menurut Risma, dengan dilakukannya hal ini, Ia dapat menempatkan dirinya dari sudut pandang lain. Datang ke lokasi kejadian dan melihat langsung apa yang terjdi, dapat memengaruhi keputusan yang harus diambil.
2. Mencopot Ajudan yang Tidak Berani Kotor
Kejadian ini terjadi saat Risma diberikan ajudan baru. Saat itu, Risma sedang berkeliling dan mengamati setiap sudut Kota Surabaya. Ketika Ia melihat ada sampah yang mengotori lingkungan, Risma tidak segan untuk turun dan membersihkannya.
Walau awalnya Risma tidak terlalu memperhatikan, akhirnya Ia menyadari perasaan jijik yang ditunjukkan ajudan barunya. Ekspresi jijik itu selalu terlihat setiap Risma sedang memungut sampah.Â
Risma tidak akan segan untuk membersihkan sampah berserakan. Bahkan Ia kerap membayangkan sebagai pasukan kuning. Walau menjabat sebagai Walikota Surabaya, wanita ini tetap ingin menjaga tempat tinggalnya selalu bersih dan bebas sampah.
Â
Â
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lebih Baik Blusukan Dibanding Orasi
3. Lebih Baik Blusukan Dibanding Orasi
Orasi adalah hal yang biasa dilakukan oleh pemimpin atau tokoh politik. Namun, hal berbeda dirasakan Risma.Â
Dalam kunjungannya pada 12 Januari 2018, Risma mengaku tidak bisa orasi di depan masyarakat. Hal ini bukan karena faktor takut atau grogi. Risma merasa tidak bisa leluasa menyampaikan apa yang ada di kepalanya dengan komunikasi satu arah.Â
Dibanding orasi dan kampanye, Risma lebih senang melakukan blusukan. Ia bisa secara langsung berdialog dengan pihak-pihak terkait. Risma juga merasa lebih luwes atau bebas untuk menuangkan pikirannya dibanding melalui paragraf naskah orasi. Risma lebih senang dengan gaya komunikasi dua arah.Â
4. Menolak Proyek TolÂ
Dalam masa jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya, Risma menolak rencana pembangunan jalan tol. Penolakan ini dikarenakan jalan tol tersebut mengharuskan penggunanya untuk membayar.Â
Risma menolak proyek jalan tol itu karena Ia ingin seluruh masyarakatnya bisa mengakses jalan tol secara mudah tanpa dikenakan biaya. Selain itu, menurut Risma, jalan tol ini dapat mematikan bisnis yang ada di sekitarnya.
Risma juga mempertimbangkan faktor alam. Menurutnya, pembangunan jalan tol dan kaki-kakinya dapat meningkatkan potensi banjir.
Advertisement
Menolak Penggunaan Patwal di Kota Surabaya
5. Menolak Penggunaan Patwal di Kota Surabaya
Walau menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma menolak penggunaan Patroli dan Pengawalan (Patwal). Hal ini diungkapkan Risma dalam salah satu stasiun televisi.
Biasanya Patwal digunakan untuk membuka jalan agar kendaraan bisa lewat. Menurut Risma, hal ini sama saja dengan meminta masyarakatnya untuk mementingkan kebutuhannya. Seharusnya pemimpinlah yang berbuat lebih pada warganya.Â
Risma memilih untuk berangkat lebih awal agar dapat terhindar dari kemacetan. Bila Ia menghadapi kondisi jalan tersendat, Risma tidak segan-segan untuk turun dar mobil dan mengatur lalu lintas. Dengan sikapnya yang tegas, masyarakat pun mematuhi komando dari Risma.
6. Emosi Saat Sidak E-KTP
E-KTP dibuat untuk meniadakan proses birokrasi yang tidak efektfif. Saat melakukan kunjungan, justru hal sebaliknya yang Risma temukan.
Emosi Risma meluap saat Ia melakukan inspeksi mendadak pelayanan E-KTP di Dinas Pencatatan Sipil Kota Surabaya pada 20 September 2016. Risma terkejut saat melihat jumlah antrean yang panjang.Â
Selain antrean masyarakat, Risma juga melihat permasalahan dari pihak pegawai. Perangkat yang digunakan oleh Dinas Catatan Sipil adalah perangkat lunak yang lamban. Hal ini membuat pengerjaan semakin lama.
Tak hanya itu, pelayanan juga masih berbasis birokrasi. Hal ini mengharuskan masyarakat untuk bolak-balik selama 4 hari karna masalah pemblokiran tidak dapat ditangani langsung di tempat.
Risma pun marah dan staf di sana hanya bisa terdiam. Risma mengharuskan perombakan pelayanan agar masyarakat dapat lebih mudah untuk mendapatkan E-KTP.
(Kezia Priscilla – Mahasiswa UMN)