Sukses

Dinsos Surabaya Terapkan Terapi Musik bagi Penghuni Liponsos, Ini Manfaat Lainnya

Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya sudah mulai menerapkan terapi musik untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya sudah mulai menerapkan terapi musik untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Terapi musik ini antara lain dilakukan dengan menggelar pertunjukan musik di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Kota Surabaya.

Melansir informasi dari unggahan Instagram @dinsoskotasurabaya, terapi musik adalah salah satu cara untuk mempercepat kesembuhan ODGJ. Selain pengobatan melalui obat-obatan, terapi musik juga dapat mengembalikan ingatan memori pasien ODGJ.

Terapi ini adalah salah satu teknik relaksasi yang memiliki banyak manfaat. Terapi musik bertujuan untuk mengurangi perilaku agresif, memberikan rasa tenang, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis dan sebagai pendidikan moral.

Melalui pertunjukan musik yang dilakukan, para ODGJ dapat bernyanyi dan menari bersama dengan penampil. Bahkan tak jarang terdapat ODGJ diajak ke atas panggung bersama penampil.

Dalam unggahan itu juga, terapi musik ini mengusung hastag “Donasikan suara emasmu untuk kesembuhan saudaraku”. Dinsos juga mengajak pengguna Instagram untuk menyumbangkan suara untuk klien Liponsos Dinas Sosial Kota Surabaya.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Selain ODGJ, Ini 3 Kondisi yang Dapat Diterapi Melalui Musik

Musik memang sering dihubungkan dengan suasana hati dan pikiran seseorang. Musik dapat membuat seseorang merasakan banyak hal seperti bahagia, semangat dan lain-lain.

Musik juga digunakan untuk terapi berbagai kondisi kesehatan. Selain dapat menyembuhkan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), musik juga dapat membantu pemulihan beberapa penyakit lain.

Namun, terapi musik tidak bisa dijadikan satu-satunya pengobatan untuk kondisi medis. Tetap dibutuhkan konsultasi dari dokter atau apoteker sebelum mencoba terapi musik. 

Melansir dari kanal Health Liputan6.com, berikut tiga kondisi lain yang bisa diterapi melalui musik:

1. Demensia

Demensia adalah kondisi hilangnya fungsi kognitif. Fungsi kognitif yang mungkin terkena demensia adalah pengambilan keputusan, penilaian, memori, orientasi spasial, pemikiran, penalaran, dan komunikasi verbal.

Selain hilangnya fungsi kognitif, demensia juga dapat menyebabkan perubahan perilaku dan kepribadian. Hal ini bergantung pada daerah otak yang terserang.

Terapi musik ditemukan dapat mengurangi gejala demensia. Mendengarkan atau menyanyikan music dapat mengaktifkan otak kiri dan kanan pasien demensia. Otak akan bekerja secara menyeluruh dan membuat Orang Dengan Demensia (ODD) menggunakan kapasitas otak lebih dari biasanya dan memacu berbagai fungsi otak.

3 dari 3 halaman

Musik untuk Perkembangan Bayi dan Insomnia

2. Perkembangan Bayi

Beberapa studi menemukan, bayi dapat mengenali musik yang mereka dengar walau masih dalam kandungan. Baik musik klasik atau pun musik pop, alunan tersebut dapat mempengaruhi bayi. 

Mendengarkan musik pada akhir kehamilan dapat membuat anak-anak jadi lebih responsif terhadap musik setelah mereka lahir. Musik dapat membantu bayi merasa lebih rileks dan tidak gelisah. 

Bayi yang mendapatkan alunan musik dapat mempengaruhi proses menyusui, kenaikan berat badan, dan peningkatan toleransi stimulasi. Selain itu, musik juga dapat membuat bayi tidur lebih nyenyak. 

3. Insomnia

Kesulitan tidur atau bangun tidur yang terlalu pagi disebut juga dengan insomnia. Gangguan tidur ini dapat diatasi dengan terapi musik.

Insomnia dapat menciptakan masalah tubuh lainnya.  Orang yang kurang tidur akan merasa lelah, depresi atau mudah tersinggung, dan kurang konsentrasi.

Untuk orang dewasa yang lebih tua, music dapat menciptakan kualitas tidur yang jauh lebih baik. Selain itu music juga membuat durasi tidur lebih lama, efisiensi tidur lebih baik, waktu yang lebih singkat yang dibutuhkan untuk tertidur, dan mengurangi disfungsi di siang hari.

(Kezia Priscilla - Mahasiswa UMN)