Sukses

Kutipan Inspirasi Surabaya: Musuh Terbesar Adalah Diri Sendiri

Atlet muda berprestasi asal Surabaya, Jawa Timur ini mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Lewat olahraga panjat tebing, Rahmad Adi Mulyono meraih medali perunggu.

Liputan6.com, Jakarta - Atlet muda berprestasi asal Surabaya, Jawa Timur ini mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Lewat olahraga panjat tebing, Rahmad Adi Mulyono (19) meraih medali perunggu dalam kategori speed junior putra di ajang IFSC Youth World Championships di Italia pada 26-31 Agustus 2019.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini menekuni olahraga panjat tebing sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), tepatnya kelas 6 SD. Saat itu, ia mengikuti ekstrakurikuler di sekolah kemudian tertarik dengan panjat tebing. Ia pun berlatih dan ikut kompetisi olahraga panjat tebing.  

Akan tetapi, ketika itu orangtua kurang setuju dengan pilihan Rahmad untuk tekuni olahraga panjat tebing. Oleh karena itu, orangtua Rahmad tidak mau mengantarkan untuk ikut perlombaan.

"Saat itu orangtua belum tahu mengenai panjat tebing jadi saya tidak diantar. Sempat mutung," tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (30/10/2019).

Rahmad mengaku kalau ikut olahraga panjat tebing bukan karena ikut-ikutan teman. Namun, ia memang tertarik karena olahraga ini menantang.

Ia pun melanjutkan kembali menekuni olahraga panjat tebing saat duduk di bangku kelas tiga SMP.  Ia ingin membuktikan kepada adiknya Moch Rizky Samudra kalau kembali ke olahraga panjat tebing dan berprestasi dari nasional. Rahmad pun mulai ikuti kejuaraan panjat tebing di Jawa Timur, termasuk di Surabaya. 

"Pertama kali ikut lomba di Surabaya pada 2015 di kejuaraan daerah. Kemudian ikut di kejuaraan nasional dapat perak. Lalu pada 2016 dapat emas dengan biaya sendiri (ikut lomba-red),” ujar dia.

Pada 2017, pria kelahiran Surabaya ini pernah ikut lomba di Asean Youth pada 2017 di Singapura untuk kategori speed, tetapi berada di peringkat 11.Pada 2018, ia mendapatkan peringkat sembilan untuk kejuaraan panjat tebing di China.

Lalu ia meraih kesempatan bertanding untuk kejuaraan dunia pada 2019. Di ajang ajang IFSC Youth World Championships ini, Rahmad mendapatkan medali perunggu setelah mencatatkan waktu  5,979 detik.

Sementara itu, peringkat satu dan dua masing-masing diraih atlet Rusia yakni A Nagaevdan S Rukin. Ia mengaku sempat kurang fokus dan kebawa suasana saat bertanding di Italia. Akan tetapi, ia mensyukuri hasil yang didapat. "Senang dapat juara tiga. Tapi kurang fokus dan kebawa suasana. Sudah berikan yang terbaik, dan terima apapun hasilnya,” ujar Rahmad.

Pria kelahiran Surabaya ini menceritakan ikuti ajang kejuaraan ini bersama dengan lima rekan lainnya dari Indonesia untuk bertanding di IFSC Youth World Championships.

Atlet lain tersebut berasal dari Jawa Timur sebanyak tiga orang, Yogyakarta satu orang, Bali satu orang dan Jawa Tengah satu orang.  Rahmad bersama lima atlet lain berlatih di Yogyakarta selama 10 hari. 

Mahasiswa jurusan manajemen bisnis ini giat berlatih untuk meraih prestasi. Rahmad mengaku kalau pelatihnya sering mengingatkan untuk rutin berlatih dan menambah porsi latihan. Ia berlatih dari Senin hingga Jumat.

"Setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu libur. Kalau pagi latihan mulai dari jam 7 hingga 8, sekitar 4-5 jam. Kemudian sore dari jam 15.00-18.00 sekitar 3-4 jam. Kalau Rabu pagi libur, kemudian sore latihan,” tutur dia yang sudah koleksi sekitar 16 medali baik nasional dan internasional.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pesan untuk Generasi Muda

Selain sibuk berlatih dan ikut kompetisi panjat tebing, Rahmad juga tidak melupakan pendidikannya. Ia saat ini mengambil kuliah di salah satu universitas di Surabaya jurusan manajemen bisnis. Rahmad mendapatkan beasiswa untuk masuk kuliah. Rahmad mengaku, kalau pihak kampus juga turut mendukung aktivitasnya sebagai atlet.

Demikian juga orangtua Rahmad yaitu Teguh Priyanto dan Retno yang kini mendukung putranya menjadi atlet. "Orangtua sangat memotivasi. Selain itu mengingatkan ilmu padi makin berisi makin merunduk,” ujar pria kelahiran 31 Oktober 2000.

Rahmad mengaku, dirinya selalu diingatkan oleh pelatih untuk mampu mengendalikan diri sendiri terutama saat berkompetisi. Ia pun tidak pernah menargetkan dalam menjalani kompetisi. Ia ingin selalu berikan yang terbaik dalam penampilannya dan apapun hasilnya tetap disyukuri.

"Kalau ditargetkan malah jelek. Kalau panjat tebing di kategori speed juga tidak boleh nafsu karena kalau terlalu nafsu akan terpleset jadi memang harus mengontrol nafsu. Jangan terlalu pede dan pesimistis tetapi stabil,” ujar Rahmad.

Ke depan, Rahmad ingin tampil di kejuaraan dunia pada 2020 dan Olimpiade 2024. Ia juga mengharapkan dapat berprestasi dan seperti pelatihnya.

Untuk pesan kepada generasi muda, Rahmad menuturkan untuk tidak pernah menyerah, terus berjuang, disiplin, berusaha dan berdoa dalam meraih cita-cita. “Berikan yang terbaik dan terima apapun hasilnya,” ujar dia.

Rahmad juga mengingatkan agar generasi muda mengisi waktu luang dengan kegiatan positif seperti menjalani hobi misalkan berolahraga dan lainnya. Dengan menjalani hobi tersebut juga dapat mengetahui cita-cita yang diinginkan. ”Jangan terprovokasi untuk melakukan hal-hal tidak patut dicontoh,” ia menambahkan.

Selain itu, Rahmad menuturkan, dalam meraih cita-cita yang harus dikendalikan diri sendiri. Hal itu karena diri sendiri adalah musuh terbesar. "Musuh terbesar adalah diri sendiri dan harus bisa menaklukannya,” kata dia.