Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melaporkan terjadi deflasi sebesar 0,02 persen pada Oktober 2019. Dari delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, lima kota alami inflasi dan tiga kota alami deflasi.
Mengutip laman BPS Jawa Timur, Jumat (1/11/2019), inflasi tahun kalender dari Januari-Oktober 2019 sebesar 1,35 persen dan inflasi Oktober 2018-Oktober 2019 sebesar 2,24 persen.
Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terhadap deflasi Jawa Timur pada Oktober 2019 ialah telur ayam ras, cabai rawit, dan emas perhiasan.
Advertisement
Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar ialah daging ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang merah. Komoditas lainnya yang sumbang deflasi Oktober antara lain apel, bawang putih, tongkol, wortel, jagung manis, papaya dan air. Sedangkan komoditas lain yang menjadi penghambat deflasi obat dengan resep, bayam, cabai merah, ketimun, biscuit, kangkung dan bandeng.
Baca Juga
Harga daging ayam ras alami kenaikan sehingga sumbang inflasi. Ini karena berkurangnya pasokan di pasaran. Komoditas lain yang alami kenaikan ialah rokok kretek filter. Meski kenaikan cukai rokok baru direncanakan 2020, tetapi harga rokok kretek filter di tingkat konsumen sudah mengalami kenaikan. Komoditas lain yang alami kenaikan yaitu bawang merah. Ini disebabkan pasokan dari daerah penghasil bawang relatif tidak terlalu banyak.
Untuk penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur selama Oktober 2019, lima kota alami inflasi dan tiga kota alami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kediri yaitu mencapai 0,32 persen, diikuti Sumenep sebesar 0,30 persen, Probolinggo sebesar 0,12 persen, Madiun sebesar 0,07 persen, dan Jember sebesar 0,05 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,09 persen, diikuti Surabaya sebesar 0,08 persen dan Malang sebesar 0,04 persen.
Jika dibandingkan tingkat inflasi kalender (Januari-Oktober) 2018 di delapan kota IHK Jawa Timur, hingga Oktober 2019, Banyuwangi mencatatkan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi mencapai 1,8 persen. Sedangkan kota mengalami inflasi kalender terendah adalah Kediri yang alami inflasi sebesar 0,97 persen.
Pada Oktober 2019, kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Komponen yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,07 persen dan komponen bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,52 persen.
Bila dilihat tren musiman setiap Oktober selama 10 tahun terakhir (2010-2019) terjadi lima kali inflasi dan lima kali deflasi. Pada Oktober 2014 merupakan inflasi tertinggi sebesar 0,44 persen. Sedangkan deflasi tertinggi pada Oktober 2015 sebesar 0,19 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Antara 6 Ibu Kota Provinsi di Jawa, DKI Jakarta Catatkan Inflasi Tertinggi
Selama Oktober 2019, dari enam ibu kota provinsi, tiga alami inflasi dan tiga ibu kota provinsi alami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di DKI Jakarta sebesar 0,21 persen, kemudian diikuti Yogyakarta sebesar 0,18 perse dan Serang sebesar 0,05 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Bandung sebesar 0,13 persen, Surabaya sebesar 0,08 persen dan Semarang sebesar 0,06 persen. Inflasi tahun kalender Oktober 2019 menunjukkan seluruh ibu kota provinsi di Jawa alami inflasi.
Inflasi tahun kalender ibu kota provinsi di Jawa tertinggi terjadi di DKI Jakarta sebesar 2,73 persen, diikuti Serang sebesar 2,47 persen, Semarang sebesar 2,26 persen, Bandung sebesar 2,18 persen, Yogyakarta sebesar 1,98 persen dan Surabaya sebesar 1,32 persen.
Di Surabaya, komoditas penyumbang inflasi antara lain daging ayam ras, bandeng/bolu, biscuit, ketimun, parfum, pasta gigi, kangkung, susu cair kemasan, kepiting/rajungan, dan salak.
Sedangkan komoditas penyumbang deflasi antara lain telur ayam ras, angkutan udara, papaya, cabai rawit, emas perhiasan, jagung manis, apel, bawang putih, wortel dan mujair.
Â
Advertisement