Liputan6.com, Jakarta - Umat Muslim memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad setiap tahun. Peringatan ini juga dikenal dengan Maulid Nabi SAW. Untuk peringati Maulid Nabi SAW, ada sejumlah perayaan dan tradisi yang dilakukan di masing-masing daerah.
Maulid Nabi SAW pada 2019 dirayakan pada akhir pekan, tepatnya 9 November. Nah, biasanya akhir pekan diisi dengan kegiatan berwisata dan jalan-jalan. Salah satu kota di Indonesia yaitu Surabaya, Jawa Timur dikenal dengan tujuan wisata sejarah. Hal ini disebabkan, banyak peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi di kota ini.
Selain wisata sejarah, Surabaya juga dapat dijadikan tujuan wisata religi. Kota dengan beragam etnis, budaya, dan agama ini memiliki banyak bangunan peribadatan yang bisa dikunjungi, salah satunya Masjid Sunan Ampel.Â
Advertisement
Masjid Agung Sunan Ampel telah berdiri hampir 600 tahun lamanya. Masjid ini didirikan pada 1421 oleh Raden Achmad Rachmatulloh atau yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel. Dalam membangun masjid tersebut, Sunan Ampel didukung juga oleh sahabatnya yakni Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji.Â
Baca Juga
Melansir informasi dari simas.kemenag.go.id, masjid tersebut berdiri di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir Surabaya, dengan luas 120x180 meter persegi. Ampel adalah kawasan yang mayoritas penduduknya bertenis Arab.
Masjid Agung Sunan Ampel memiliki gaya arsitektur perpaduan atnara Jawa Kuno dan Arab Islami. Kayu jati dari berbagai wilayah di Jawa Timur didatangkan untuk menjadi bahan dasar masjid ini. Dari arsitektur bangunannya dapat terlihat, masjid ini masih menggunakan akulturasi budaya lokal dan Hindu Budha.Â
Berdasarkan cerita dari masyarakat sekitar, ada peristiwa ketika pasukan asing asing menyerang Surabaya dengan senjata berat dan menghancurkan seluruh wilayahnya. Walau begitu Masjid Ampel tetap berdiri dengan kokoh, seakan tak terjadi apa pun.
Ternyata masjid ini terbagi menjadi dua bagian. Masjid Ampel yang dibangun oleh Sunan Ampel memiliki ukuran yang lebih kecil. Genting Masjid Ampel yang asli ini berwarna coklat tua dan letaknya ada di sebelah timur, bersebelahan dengan Pasar Cinderamata.Â
Sedangkan Masjid Sunan Ampel baru memiliki genting yang bewarna merah cerah dan ukurannya lebih besar. Letaknya langsung berhadapan dengan Pasar Cinderamata.Â
Sampai sekarang, masjid tempat Sunan Ampel dimakamkan ini, masih dirawat kebersihannya. Masjid Agung Sunan Ampel dapat dijadikan tujuan wisata religi saat sedang di Surabaya.Â
(Kezia Priscilla – Mahasiswa UMN)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pintu Air Jagir Berdiri Sejak 1917
Sebelumnya,Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), salah satu pimpinan daerah sering terjun ke lapangan. Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini bahkan pernah hujan-hujanan pantau banjir.
Ia pun tak sungkan untuk turun ke lapangan. Cek pintu air dan rumah pompa yang ada di Surabaya agar memastikan banjir tidak mengganggu Surabaya, Jawa Timur. Bicara soal pintu air, di Kota Pahlawan ini terdapat sejumlah pintu air yang sudah ada sejak zaman Belanda dan baru dibangun, antara lain pintu air Jagir, Kayun, Petemon, Patuah, Simo dan Bozem Morokrambangan, serta Kandangan.
Nah, salah satu pintu air yang dibangun sejak zaman Belanda yaitu pintu air Jagir. Pintu air Jagir ini dibangun sekitar 1917, pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Mengutip laman lovesuroboyo, pada masa itu, orang-orang Belanda menganggap kalau banjir adalah hal yang terburuk. Oleh karena itu, Belanda membangun pintu air yang mampu mengantisipasi banjir.
Rencana pembangunan pintu air tersebut juga sudah dipikirkan dan diantisipasi karena Belanda adalah negara yang permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut.
Selain itu, tujuan awal dibuat pintu air tersebut ialah untuk memperlancar kondisi Surabaya, karena pada saat itu Surabaya menjadi kota dagangnya Hindia Belanda. Dalam pembuatan Pintu Air Jagir, Belanda mengerahkan rakyat pribumi untuk menggali tanah sepanjang 5,6 kilometer, sehingga jadilah Kali Jagir.
Mengutip situsbudaya.id, pintu air ini mengatur air yang masuk ke Surabaya melalui anak Sungai Brantas yaitu Sungai Mas. Bila Sungai Mas menunjukkan kelebihan debit air dari Sungai Brantas, airnya akan dibuang melalui pintu air ini menuju ke anak Sungai Mas, Sungai Jagir.
Sebelum dibangun Belanda, di wilayah ini juga terdapat sejarah. Di wilayah ini juga tempat bersauhnya armada tentara Tar-Tar dari China yang akan menyerang Raja Jayakatwang dari Kediri. Akan tetapi, akhirnya dikalahkan dari Pasukan Majapahit di bawah pimpinan Raden Wijaya.
Seiring berjalannya waktu, setelah terjadi pemindahan kekuasaan beserta asetnya, bangunan ini menjadi milik Bangsa Indonesia. Selanjutnya, Pintu Air Jagir berfungsi pula untuk mengontrol kegiatan sungai Jagir, sehingga genangan banjir di Surabaya mampu terkurangi.
Pintu air tersebut juga mampu menahan sampah-sampah yang hanyut di kali Jagir. Oleh karena itu, pintu air ini memiliki makna penting bagi masyarakat Surabaya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bahkan sudah menjadikan pintu air tersebut sebagai ikon cagar budaya. Pintu AirJagir kini telah dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya, mengingat pintu air tersebut memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.
Setelah dikelola oleh PDAM, Pintu Air Jagir memberikan manfaat lain yaitu mengatur debit air yang masuk ke Surabaya, termasuk menjaga stok air di PDAM. Kini, Pintu Air Jagir diberi hiasan lampu-lampu cantik, yang jika malam tiba, akan menampakkan warna-warna bangunan yang sangat indah.
Sampai sekarang, Pintu Air Jagir masih berdiri dengan kokohnya dan berfungsi dengan baik sebagai pengendali banjir di Surabaya. Hal itu karena bangunan kuno pintu air tersebut tetap dirawat dengan baik.
Kawasan di sekitar Sungai Jagir selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk sekadar memancing ikan. Hal ini dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk membuka usaha memancing ikan.
Sekarang, Anda sudah tahu kenapa Pintu Air Jagir itu memiliki peran penting bagi warga Surabaya. Ternyata, pintu air ada banyak ya manfaatnya.
(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)
Advertisement