Liputan6.com, Surabaya - Setiap 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Hari Diabetes Sedunia yang diperingati sejak 1991 ini diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) dan International Diabetes Federation (IDF).
14 November menjadi pilihan karena hari kelahiran Sir Frederick Banting pada 14 November 1891. Ia menemukan insulin bersama Charles Best pada 1922. Peringatan Hari Diabetes Sedunia ini untuk mengampanyekan kesadaran akan diabetes di dunia yang jangkau lebih dari 1 miliar orang di lebih dari 160 negara.
Terkait diabetes, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr. Arifa Mustika meneliti mengenai daun singawalang untuk menurunkan gula darah. Dari hasil penelitian diketahui ekstrak daun singawalang berpotensi menurunkan kadar gula darah. Penelitian itu dilakukan mengingat Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penderita diabetes dewasa semakin meningkat.
Advertisement
Baca Juga
Di Indonesia, pada 2000 jumlah penderita diabetes mencapai lebih dari delapan juta orang dan diperkirakan terus meningkat menjadi 21 juta orang pada 2030.
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan penyebab kematian akibat diabetes pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi dari pada daerah pedesaan.
Penyakit diabetes juga menimbulkan beberapa komplikasi. Di antaranya hipertensi, kebutaan, gagal ginjal, hingga kematian. Namun, diabetes dapat ditangani dengan mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh.
Diketahui, gula darah memegang peranan yang sangat penting dalam mencegah komplikasi diabetes. Salah satu pengendalian kadar gula darah yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur diet, olah raga, dan obat.
Meskipun begitu, pada kondisi tertentu sering kali pengobatan tersebut kurang memperoleh hasil yang memuaskan sehingga perlu tambahan modalitas terapi misalnya dengan menggunakan bahan herbal.
"Penelitian dilakukan pada hewan coba Rattus norvegicus yang dinjeksi dengan streptozotocin secara intraperitoneal sebagai model hewan coba dengan kencing manis,” ujar dia, Kamis (14/11/2019).
Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak daun singawalang efektif menurunkan kadar gula darah pada hewan coba model diabetes melalui induksi protein 5′ adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dasar Pengembangan Obat Herbal
Daun singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae (gandola-gandolaan). Tanaman tersebut berbentuk semak, merunduk, tingginya bisa mencapai 1 meter, berdaun jorong 6-19 cm, meruncing, berujung tajam dan memiliki bau khas seperti marga bawang. Meskipun begitu, pengunaan obat herbal itu memiliki berbagai kendala.
"Ekstraknya mengandung berbagai macam senyawa, jadi ada kemungkinan terjadi kompetisi pada proses absorbsi yang akan menyebabkan absorbsi bahan aktif di gastrointestinal berkurang,” tutur dia.
Namun, berbagai riset telah dikembangkan untuk memperbaiki formulasi dan sistem penghantaran obat. Tujuannya untuk meningkatkan kadar bahan aktif sampai ke target organ yang dituju. "Salah satunya adalah dengan penghantaran bahan aktif dalam sistem nanopartikel," ujar dia.
Oleh karena itu, Arifa bersama beberapa rekannya meneliti tentang formulasi nanopartikel untuk ekstrak daun singawalang. "Ini adalah riset eksploratif yang bertujuan untuk mencari formulasi yang tepat untuk ekstrak daun Singawalang dalam sistem nanopartikel," kata dia.
Penelitian dilakukan dengan membuat formulasi ekstrak daun singawalang dalam sistem autonanoemulsifikasi. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan. Yakni pembuatan ekstrak Daun Singawalang, uji komponen minyak, surfaktan, dan ko surfaktan.
Melalui penelitian itu sekaligus dilakuan penentuan komposisi formula autonanoemulsi dan loading ekstrak ke dalam sistem. Lalu, formulasi yang terpilih dikarakterisasi menggunakan elektron mikroskop dan particle size analyzer. Arifa menyebutkan, hasil penelitian itu dapat dijadikan dasar pengembangan obat herbal menjadi fitofarmaka.
Advertisement