Liputan6.com, Jakarta - Di Surabaya, Jawa Timur terdapat sejumlah fasilitas publik disediakan untuk membantu masyarakat. Fasilitas itu termasuk berkaitan dengan kesehatan.
Salah satunya Ambulance Neonatal Emergency Transport System Surabaya (NETSS). Ambulance darurat yang dioperasikan sejak 2017 ini ditujukan untuk bayi. Kehadiran mobil ambulance ini untuk menekan angka kematian cukup tinggi di Indonesia termasuk Surabaya.
Lalu ada apa sajakah di mobil ambulance ini? Mengutip laman humas.surabaya.go.id, Kamis (12/12/2019), ambulance ini dilengkapi incubator beserta kelengkapan alat dan obat, ventilator dengan kelengkapan alat dan obat, peralatan dan obat untuk resusitasi bayi baru lahir termasuk Jackson rees dan T piece resusiator serta pacu jantung.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya peralatan lengkap, Dinas Kesehatan Surabaya juga siapkan tenaga medis yang handal dan terlatih untuk menangani kedaruratan pada bayi. Ambulance tersebut berada di RS Dr Soewandhi.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan, ambulance ini sudah menangani tujuh pasien bayi hingga Mei 2019. Pada 2018, ambulance ini sudah menangani 30 pasien bayi dan 43 pasien bayi pada 2017. Surabaya baru memiliki satu ambulans ini. Biaya untuk penanganan bayi dengan fasilitas ini ditanggung oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
RSUD Dr Soetomo Surabaya Kembangkan Aplikasi Bantu Pengobatan Parkinson
Sebelumnya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soetomo Surabaya mengembangkan aplikasi untuk membantu persiapan bedah otak agar pengobatan Parkinson bisa jangkau seluruh lapisan masyarakat.
Direktur Utama RSUD Dokter Soetomo Surabaya, dr Joni Wahyuhadi menuturkan, pihaknya menggandeng Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) untuk mengembangkan aplikasi bernama Brain Anatomi Morfologi Generated (BAMAG) untuk membantu pasien parkinson yang menjangkit ada 300 per 100 ribu jiwa.
"Misal di Jawa Timur penduduknya 30 juta bisa dihitung banyaknya yang menderita Parkinson dan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan. Ini tidak akan tertangani kalau tidak menggunakan teknologi. Alat ini sudah ada di luaran tapi harganya sangat mahal,” ujar dia, demikian mengutip Antara, Kamis, 14 November 2019.
Dengan kecerdasan buatan dalam aplikasi ini, diciptakan teknologi lebih baik di luaran. Aplikasi BAMAG, Joni menuturkan akan menyimpan hasil CT Scan, MRI dan MRA pasien. Bahkan terdapat detil vascular-nya sehingga lokasi pembuluh darah di otak terlihat jelas.
"Karena ada ribuan pembuluh darah di otak kalau kena akan pendarahan. Makanya kami perbaiki teknologi kami lebih baik dari di luaran," tutur dia.
Joni menuturkan, saat operasi untuk mengetahui posisi yang tepat dalam otak cukup sulit sehingga pengembangan alat ini akan membuat dokter bisa melihat detil otak pasien. Kemudian dokter bisa melakukan tindakan operasi cepat dan tepat dengan waktu hanya 15 menit.
"Kalau memang terbukti bagus bisa menentukan presisi kelainan pada otak maka akan kami aplikasikan ke masyarakat dan kami luncurkan,” ujar dia.
Advertisement
Ujicoba Pakai 15 Data Pasien
Sementara itu, Ketua Tim Pengembangan Aplikasi ITS, Prof Riyanarto Sarno menuturkan, aplikasi ini diujicoba dengan memakai data 15 pasien yang direncanakan dioperasi selama sepekan ini.
"Alat ini sudah diuji coba sehingga kesalahannya 0,1 milimeter,” kata dia.
Ia mengatakan, jika berhasil, teknologi virtual reality dalam aplikasi ini pertama kali dimiliki RSUD Dr Soetomo.
"Rencananya aplikasi bisa dikembangkan ke 3D dan mix reality. Setingkat lebih canggih dibandingkan virtual reality karena lebih nyata dengan data kepala dan otak pasien,” kata dia.
Riyanarto berharap dengan memproduksi alat kesehatan, rumah sakit bisa meminimalkan biaya kesehatan.