Sukses

Kisah Panti Asuhan Don Bosco, Sempat Jadi Gudang Senjata Jepang

Yayasan Don Bosco adalah salah satu yayasan panti asuhan yang ada di Surabaya. Namun, siapa sangka jika dulunya bangunan ini adalah tempat penyimpanan senjata Jepang?

Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur mempunyai banyak bangunan bersejarah, antara lain museum, gedung-gedung, tempat ibadah, dan lain-lain. Salah satu yang terkenal adalah Panti Asuhan Don Bosco.

Panti Asuhan Don Bosco adalah salah satu yayasan yang menampung anak-anak terlantar di Surabaya. Yayasan Don Bosco ini terletak di

Yayasan Don Bosco ini menyimpan cerita masa lalu. Setiap langkah di tanahnya adalah sejarah. Setiap jengkal di dindingnya adalah sejarah. Dan setiap inchi tiang bangunannya adalah sejarah. Semuanya disimpan dengan baik untuk kelak menjadi cerita tua.

Mengutip dari laman web pantidonbosco.com, Pada 1 Oktober 1927 mulai diberlakukan undang-undang kesejahteraan anak yang baru, yang lebih baik, dan bertindak lebih efektif terhadap orangtua yang melalaikan tugas mereka, daripada yang berlaku sebelumnya.

Pada undang-undang yang baru yang tidak mengenal perwalian Negara, pemerintah berharap sepenuhnya bantuan dari inisiatif swasta, dari Yayasan dan Badan swasta untuk menjadi wali bagi anak-anak dan mengasuhnya, bila hakim melakukan pemecatan atau pembebasan atas perwalian orang tua.

Tanpa kerja sama tersebut undang-undang tak mungkin akan dilaksanakan apalagi berbulan-bulan lamanya harus menunggu sebelum pemutusan perwalian dapat dilaksanakan, sedangkan anak-anak perlu mendapat pengasuhan.

Waktu itu, Jawa Timur kekurangan panti asuhan, terutama bagi anak-anak yang beragama Katolik. Kemudian Vikaris Apostolis (Wali Gereja) di Jakarta yang wilayahnya juga meliputi kota Surabaya, mendirikan suatu Yayasan Yang diberi nama: YAYASAN 'DON BOSCO' pada 18 Desember 1927.

Awal mulanya, bangunan yang sekarang menjadi Yayasan Don Bosco ini dulunya dijadikan sebagai gudang senjata oleh Jepang ketika menjajah Indonesia.

Menurut Pegiat Sejarah asal Suabaya, Ady Setiawan, persenjataan artileri selain meriam-meriam yang sudah terpasang di benteng pertahanan pantai Kedung Cowek, didapatkan juga di gedung Don Bosco ini. Gudang senjata milik Jepang ini akhirnya jatuh ke tangan arek-arek Suroboyo ketika terjadi pertempuran Surabaya.

 

 

(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Nama dari yayasan ini berasal dari seorang pastor berbangsa Italia bernama Johanes Bosco. Ia berasal dari keluarga miskin dan ayahnya telah tutup usia. Pada usia 8 tahun sudah membantu bekerja menjaga ternak dari ibunya.

Pada umur 15 tahun, ia baru dapat pergi ke sekolah dengan teratur. Sejak kecil sudah selalu memperhatikan nasib para temannya. Ketika menjadi pastor, pekerjaan kerasulan itu diteruskan pada kaum penggangur dan gelandangan.

Karena kunjungan yang sering pada beberapa penjaran, membuatnya sadar sebaiknya menghindari kejahatan dari pada menghukumnya, dan menjadi pengalamannya juga tidak cukup hanya mengumpulkan kaum muda sewaktu-waktu untuk memberikan mereka suatu kesibukan, tetapi perlu sekali pengasuhan tetap supaya dapat mencari sesuatu.

Tanpa uang dan bantuan selain dari ibunya sendiri, ia mulai mengumpulkan dan menampung beberapa anak. Pekerjaaannya ini terus berkembang sehingga pada waktu wafat pada 31 Januari 1888.