Liputan6.com, Surabaya Kaum milenial di kota besar, tidak terkecuali Surabaya, sering salah kaprah ketika meminum jamu. Jamu beras kecur, misalnya, meninggalkan endapan di bawah botol yang kerap dianggap sebagai ampas. Akibatnya, sari jamu yang terdapat dalam endapan itu justru tidak diminum.
Hal itu melatarbelakangi Ellen Violetta, mahasiswi semester tujuh Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya berinovasi membuat kemasan beras kencur yang ramah kaum milenial sekaligus edukatif. Inovasi ini meraih juara 1 untuk kategori "Packaging Design" dalam kompetisi Ultigraph yang digelar oleh Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta.
“Saya melihat kemasan jamu saat ini kurang menarik, sehingga membuat orang kurang tertarik untuk mencoba atau membeli produk jamu itu,” ujar Ellen, seperti yang dikutip dari Antara, Senin (30/12/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ia membuat kemasan jamu beras kencur dengan mengkolaborasikan konsep modern dan tradisional. Desain yang inovatif itu diterapkan untuk label botol, boks, dan kemasan sachet.
Ellen mencoba membangkitkan rasa penasaran orang melalui desain di kemasan botol. Ia memakai botol kaca yang ramah lingkungan karena mudah didaur ulang. Saat botol berdiri normal yang terlihat wajah seorang ibu penjual jamu, tetapi ketika botol dibalik tampak wajah tuan putri.
“Biar yang melihat penasaran, sekaligus ketika botol dibalik, sari berupa endapan bisa tercampur, jadi yang selama ini dikira ampas tidak terbuang,” ucapnya.
Sementara, kemasan boks dan sachet dibuat sarat edukasi. Ilustrasi gambar berupa proses membuat jamu pada zaman dahulu. Mulai dari proses menumbuk, memasak, menuang ke dalam botol, lalu menjual keliling dengan cara digendong.
Ia juga menambahkan motif batik dalam kemasan ini sebagai pengingat jamu merupakan bagian dari Indonesia dan dulu, penjual jamu menggunakan kain batik panjang.