Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menuturkan pihaknya terus menambah ruang terbuka hijau dan menambah penanaman pohon. Ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara kota.
"Makanya Surabaya seperti hutan. Di tengah kota seperti hutan. Karena selalu saya tambah terus, karena mobilnya tambah terus. Saya tidak bisa (melarang). Kalau orang senang-senang naik mobil, tiba-tiba tidak boleh naik mobil, terus gimana saya (melarang)," ujar dia dalam acara diskusi Indonesia Millennial Summit di Jakarta Selatan, Jumat, (17/1/2020), seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga
Dia menuturkan, upaya-upaya penghijauan itu berhasil memperbaiki kualitas udara kota dan tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi Surabaya justru melebihi rata-rata nasional.
Advertisement
Sementara itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong memuji upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam mengurangi polusi udara.
"Artinya hutan harus dikelola oleh masyarakat supaya bisa dengan baik. Tadi Ibu Risma melakukannya dengan hutan kota, macam-macam. Itu suatu contoh yang baik karena ada istilahnya hutan is not my place but hutan is my home, forest is my home, artinya rumah kita," kata Alue.
Pemerintah juga menjalankan upaya rehabilitasi hutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk program perhutanan sosial yang melibatkan masyarakat adat dan lokal dalam merawat hutan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Persiapan Surabaya Hadapi Musim Hujan
Sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya bersiap menghadapi puncak musim hujan yang diprediksi terjadi dengan intensitas tinggi pada Februari hingga Maret 2020. Hal ini usai Surabaya sempat diterjang banjir di Surabaya Barat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Pemerintah Kota Surabaya, Erna Purnawati memastikan, saluran air yang telah selesai dibenahi secara bertahap sejak sekitar 10 tahun lalu di seluruh wilayah kota itu mampu mengurasi derasnya air hujan.
"Kalau banjir yang terjadi di wilayah Surabaya Barat akibat hujan deras dengan intensitas tinggi kemarin memang sudah kami prediksi. Disebabkan oleh pekerjaan saluran air yang belum tuntas di kawasan itu,” kata dia seperti dikutip dari Antara, Kamis, 16 Januari 2020.
Mitigasi atau penanganannya pun, menurut dia sudah diantisipasi dengan mengoperasikan dua unit dari total enam pompa air yang tersedia di Rumah Pompa Gunungsari II Surabaya yang disebut mampu menyedot genangan air hujan yang diinformasikan sempat mencapai ketinggian 50 sentimeter di Jalan Mayjend Sungkono Surabaya, dalam waktu sekitar satu jam setelah hujan reda.
Erna mengakui, sejumlah kawasan yang pekerjaan saluran airnya belum tuntas di awal 2020 memang masih rentan terjadi banjir. Salah satunya adalah pekerjaan saluran air di kawasan Sememi Surabaya yang pembangunannya msih kurang sepanjang 2,5 kilometer (KM).
"Di Sememi itu saluran irigasi yang kemudian dikonversi menjadi drainase dan pekerjaannya memang belum selesai masih kurang sepanjang 2,5 kilometer lagi.Sehingga di ujungnya yang sudah dikerjakan itu, kalau turun hujan, airnya selalu keluar. Jadi mohon maaf kepada warga sekitar,” kata dia.
Advertisement
Ada Pembangunan Pedestrian
Sedangkan di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya yang kemarin sempat viral di media sosial karena banjirnya terlihat menenggelamkan banyak sepeda motor di sebuah tempat parkir, menurut Erna disebabkan oleh pembangunan pedestrian di depan swalayan kawasan itu.
"Sejak tahun 2017 dibangun pedestrian di depan swalayan itu dan sampai sekarang kami kesulitan memasukkan box yang berukuran besar. Sebetulnya kesulitan memasukkan box yang berukuran besar itu sudah kami komunikasi dengan pihak swalayan. Kami usahakan tahun ini harus selesai dengan meminta bantuan dari Dinas Cipta Karya,” tutur dia.
Sementara saluran air di Surabaya lainnya terpantau telah selesai dibenahi. Selain itu, Pemkot Surabaya juga telah mendirikan rumah pompa di berbagai tempat sebagai langkah antisipasi untuk menyedot banjir yang kerap menghantui warga Surabaya di setiap musim hujan.
Menghadapi puncak musim hujan dengan intensitas tinggi yang diprediksi terjadi pada Februari-Maret mendatang, Erna meyakini bisa meminimalkan genangan.
"Asalkan segenap warga kota Surabaya turut menjaga dan merawat berbagai saluran air yang telah selesai dibenahi. Misalnya tidak membuang sampah di dalamnya sehingga air hujan bisa mengalir dengan normal. Jadi percuma saja, kalau kita sudah membenahi sarana dan prasarana untuk mencegah banjir kalau warga tidak ikut merawatnya," ujar dia.