Sukses

Harapan Orangtua Mahasiswa yang Anaknya Kuliah di Wuhan

Tris Suto, Orangtua Aprilia Mahardini, salah satu mahasiswa yang tengah menempuh studi di Wuhan, China, berharap agar KBRI dan Kementerian Luar Negeri segera berkoordinasi untuk memulangkan para mahasiswa.

Liputan6.com, Surabaya - Tris Suto, orangtua Aprilia Mahardini, satu dari 12 mahasiswa yang tengah menempuh studi pendidikan beasiswa di Wuhan, China, menyampaikan kondisi terkini anaknya. 

Dia menyampaikan, walaupun anak dan teman-temannya tidak diperkenankan keluar untuk sementara waktu, tapi mereka masih bisa mengabarkan kondisinya kepada keluarga.

"Sesuai kabar yang kami terima alhamdulillah semua baik-baik. Anak saya berpesan tidak perlu ada kecemasan berlebihan, KBRI dan Kemenlu sudah koordinasi mengenai 12 mahasiswa, termasuk anak saya untuk diperhatikan kebutuhannya," tutur dia, Senin (27/1/2020).

Dia menuturkan, dirinya bisa berkomunikasi dengan Aprilia. Bahkan Aprilia menceritakan kepada Suto kalau ke depan ada rencana disuplai kebutuhan pokok sehari-hari. 

"Pertama kali Wuhan ada wabah Corona saya telepon anak saya untuk berhati-hati dalam memakan makanan. Anak saya juga protektif, kata dia saat ini dia tidak berani makan telur sama ayam, beraninya makan mie instan dan kayak bakwan goreng begitu," kata dia.

Ia menuturkan, seluruh WNI sudah didata. Langkah ke depan apakah 12 mahasiswa di Wuhan itu akan dievakuasi atau tidak, keluarga menunggu kabar yang terbaik dari Pemerintah.

Suto mengatakan, saat ini yang dibutuhkan oleh mahasiswa Unesa di Wuhan China adalah ketersediaan masker khusus yang stoknya menipis. Masker yang dipakai menurut penuturan Aprelia beda dengan masker umumnya. 

"Tadi itu saya sempat telepon kalau masker langka di sana, tindakannya apa? Saya berharap KBRI dan Kemenlu segera mengevakuasi mereka di tempat aman," ucap Suto.

Suto menuturkan, Aprilia berangkat ke Wuhan, China pada 4 September 2019. Dijadwalkan studi beasiswa akan berakhir Juli 2020. Saat ini, juga tidak ada kegiatan belajar mengajar, sebab bertepatan dengan hari Raya Imlek diliburkan selama satu bulan.

Mahasiswa Unesa tersebut merupakan penerima beasiswa Pusat Bahasa Mandarin Unesa (Confucius Institute) Sarjana Strata 1 dan tiga mahasiwa strata 2 di Central China Normal University, Wuhan.

"Kemarin ada kekhawatiran orangtua termasuk saya. Saya berharap kalau di sana, KBRI dan Kemenlu segera berkoordinasi untuk memulangkan mereka," ujar Suto. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Unesa Tetap Pantau Mahasiswa Penerima Beasiswa di Wuhan

Sebelumnya, Pemerintah China mengisolasi Wuhan, seiring kota yang dianggap pusat wabah virus corona baru. Kebijakan pemerintah China tersebut berdampak terhadap aktivitas mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang menerima beasiswa di Wuhan, China.

Humas Unesa, Vinda Maya menyampaikan perkembangan terbaru terkait kondisi 12 mahasiswanya yang berada di Wuhan. Dia menuturkan, Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa terus berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui perkembangan terbaru dan kondisi mahasiswa Unesa di Wuhan.

"Hari ini tidak ada perayaan Imlek di Wuhan. Dan tidak boleh keluar sama sekali dari dormitory yang diisolasi. Demi keselamatan dan keamanan kesehatan mereka," tutur Vinda, Minggu, 26 Januari 2020.

Vinda menuturkan, 12 mahasiswi tersebut merupakan mahasiswa beasiswa Pusat Bahasa Mandarin Unesa (Confucius Institute) dengan rincian yaitu, empat orang beasiswa 1 semester, empat orang beasiswa 1 tahun, satu  orang beasiswa full S2 dan beasiswa pemerintah China ada tiga semuanya adalah beasiswa S2.

"Jadi total ada 12 orang penerima beasiswa, kesemuanya di universitas yang sama yaitu di Central China Normal University, Wuhan," kata dia.

"Total 12 mahasiswa Unesa di sana. Menunggu aman dulu, tidak boleh keluar, akses transportasi ditutup semua," Vinda menambahkan.