Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara yang terus berusaha meningkatkan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Hal ini diwujudkan dengan adanya Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 mengenai penyandang disabilitas. UU ini mengatur 24 hak penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas kerap kali terasingkan dari masyarakat. Seiring kemajuan teknologi, mereka pun seolah tak diikutsertakan dalam perkembangannya. Namun, siapa sangka jika seorang siswa SMP mengajak para penyandang disabilitas untuk ikut menikmati teknologi?
Adalah Putri Annisa Tyara Anggie yang kerap disapa Anggie, seorang siswi kelas 9 dari SMP Negeri 1 Surabaya. Ia meluncurkan inovasi bagi para penyandang disabilitas, khususnya untuk kaum tuna netra.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari video yang diunngah oleh akun instagram Dinas Pendidikan Kota Surabaya @dispendiksby, Anggie menciptakan keyboard yang dikhususkan bagi kaum tuna netra, yaitu Keyboard Braille.
Keyboard Braille ini berbasis output suara dan menggunakan enam tombol sesuai standar tuna netra. Pembuatan inovasi ini bermula pada saat Anggie mengikuti lomba Tahfidz, dan bertemu dengan temannya yang merupakan penyandang tuna netra.
“Alasan aku buat Keyboard Braille dengan output suara ini adalah karena waktu itu aku ikut lomba tahfidz. Nah, ketemu sama salah satu peserta yang aku bener-bener takjub karena dia adalah tuna netra. Ternyata, dia itu pintar membuat puisi. Oleh karena itu, aku memudahkan (hobi)nya lewat bikin keyboard braille dengan output suara yang tetap menggunakan enam tombol sesuai standar tuna netra,” kata Anggi.
Keyboard buatan Anggi ini tergolong sederhana dan tidak memerlukan banyak bahan. Bahkan, untuk keyboardnya digunakan keyboard bekas yang sudah tidak dipakai lagi.
“Aku cuma membutuhkan Raspberry Pi untuk sistem dari programnya tersebut. Jadi, dari Raspberry Pi itu aku masukin program-program seperti Text to Speech untuk pengahasil dari audio tersebut. Terus habis itu aku menggunakan speaker untuk keluar suaranya, aku pakai keyboard bekas untuk tutsnya, touchpadnya,” kata dia.
Selain itu, Anggie juga menggunakan layar display untuk memperlihatkan hasil dari tulisan yang diketik. Karya yang dibuat oleh Anggie pun berkesempatan dipamerkan kepada Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
“Nanti setelah ini, akan ada yang datangi kamu dari perdagangan untuk patenkan (karya) punyamu,” kata Risma saat Anggie mempresentasikan karyanya.
Pada 2019 Anggie mendapat medali emas dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia untuk karya Keyboard Braille ini. Kemudian pada Januari 2020, Keyboard Braille ini resmi dipatenkan. Selain itu, keyboard Anggie ini direncanakan akan diproduksi dan didistribusikan ke sekolah-sekolah yang ada di Surabaya.
Anggie pun menggantungkan harapan yang besar untuk karya Keyboard Braille ini. Ia menginginkan karyanya dapat memudahkan penyandang disabilitas, khususnya kaum tuna netra dan digunakan oleh seluruh masyarakat yang membutuhkannya.
“Semoga mesin Keyboard Braille ini bisa diaplikasikan di seluruh sekolah di Surabaya, bahkan enggak hanya di Surabaya, Bismillah, InsyaaAllah sampai Indonesia, bahkan sampai internasional biar bisa memudahkan teman-teman Anggie yang memiliki kelebihan sebetulnya. Itu biar bisa mereka mengembangkan bakatnya lebih dalam lagi agar bisa memajukan kota Surabaya, bisa memajukan Indonesia lewat dari karya-karya mereka sendiri,” tuturnya.
(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)