Liputan6.com, Jakarta - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo mengimbau agar peternak memperhatikan cara menyajikan pakan terhadap ternaknya. Hal ini seiring hasil uji laboratorium penyebab kematian sembilan ekor sapi milik warga bukan karena virus dan penyakit yang dikhawatirkan, tetapi karena perut sapi kembung (tympani).
"Sejak awal kami yakini bahwa ini bukan penyakit hewan menular, terlebih penyakit yang sedang ditakuti yaitu antraks,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo, Mohammad Hasanudin Riwansa, seperti dikutip dari Antara, Jumat (7/2/2020).
Ia menuturkan, hasil uji laboratorium sampel darah, dan sampel lainnya, kematian sembilan ekor sapi terkait rose bengal test (RBT) delapan sampel 100 persen dinyatakan negatif. Sedangkan pengujian antraks dari delapan sampel 100 persen juga dinyatakan negatif dan termasuk juga dengan pengujian toksin, plumbon, dan sianida hasilnya juga negatif.
Advertisement
Baca Juga
Sementara endoparasite dari delapan sampel yang diuji laboratorium, menurut dia, satu sampel positif terinfeksi cacing hati (faciola hepatica), dan tujuh sampel lainnya dinyatakan negatif.
"Untuk parasit darah dari delapan sampel, hasil uji laboratorium juga semuanya negatif. Dari pengujian yang dilakukan laboratorium di Malang, tidak mengarah pada penyakit hewan menular strategis,” ujar dia.
Ia menuturkan, rumput muda sangat berbahaya bagi hewan ternak karena menyimpan banyak air. Oleh karena itu, ia mengimbau agar peternak memperhatikan cara menyajikan pakan terhadap ternaknya.
"Untuk menghindari kematian sapi karena tympani atau perut kembung, penyediaan pakan harus diseimbangkan. Jeramian itu bagus untuk penyeimbang pakan, sedangkan rumput muda harus diangin-anginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan air,” kata dia.
Sebelumnya, pada 3 Februari 2020 tercatat sebanyak sembilan ekor sapi di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, mati secara mendadak, ternak sapi warga sati desa itu mengalami kejang-kejang dan mati.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sapi-Sapi Mati Mendadak di Situbondo, Ada Apa?
Sebelumnya, sembilan ekor sapi mati mendadak di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Penyebab kematian hewan ternak milik warga itu belum diketahui pasti.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo telah berkoordinasi dengan tim kesehatan hewan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim), tim Rumah Sakit Hewan Surabaya, dan tim laboratorium Malang.
“Hari ini tim dari Surabaya dan Malang akan turun ke Asembagus untuk memeriksa dan mencari penyebab sapi mati mendadak,” ujar Mohamad Hasanudin Riwansa, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo, seperti yang dikutip dari Antara, Selasa, 4 Februari 2020.
Ia mengaku tidak bisa menduga-duga penyebab sapi mati mendadak. Untuk memastikannya, perlu uji laboratorium. Hasanudin juga tidak mau berspekulasi soal antraks.
“Kami belum tahu, tunggu tim dari Surabaya,” ucapnya.
Peristiwa sapi mati mendadak di Situbondo sudah berlangsung selama sepekan. Kasus paling akhir terjadi pada Senin, 3 Februari 2020 malam.
Advertisement