Liputan6.com, Jakarta - Surabaya termasuk daerah yang terdiri atas keberagaman di dalamnya. Daerah yang ada di kota ini dulunya dibagi berdasarkan etnis seperti kawasan untuk masyarakat Eropa, Cina, Arab, dan pribumi.
Salah satu yang masih kental akan ciri dari bangsa tersebut adalah kawasan Ampel di Surabaya yang banyak ditemui masyarakat Arab. Seperti yang diketahui, Ampel merupakan salah satu wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara.
Advertisement
Baca Juga
Kali ini Liputan6.com akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Sunan Ampel mengutip dari Antara, Sabtu (15/2/2020):
1. Bernama aseli Sayyid Ali Rahmatullah
Terkenal dengan panggilan Sunan Ampel, ternyata nama aslinya adalah Sayyid Ali Rahmatullah dan akrab disapa Raden Rahmatullah. Ia lahir dari seorang ayah yang lahir di Samarkand (salah satu negara di kawasan Asia Tengah tidak jauh dari Uzbekistan dan Kazakhstan).
Ibunya adalah Dewi Chandrawulan, puteri raja Champa (salah satu negara di kawasan Asia Tenggara). Sunan Ampel juga lahir di Champa pada 1401 Masehi.
2. Datang untuk membenahi moral masyarakat
Sunan Ampel menginjakkan kakinya di tanah Jawa bukan tanpa alasan, ia diyakini bisa mengubah kultur zaman dulu yang kembali terjadi banyak pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan lainnya.
Sunan Ampel membenahi langkah dari Syaikh Jamalluddin sebelumnya. Ketika berdakwah, ia tak memaksa rakyat untuk kembali memeluk Islam. Ia menggunakan cara halus dengan bersosialisasi kepada masyarakat dan menerapkan budi pekerti dengan visi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
3. Ajaran Molimo
3. Ajaran Molimo
Sunan Apel mempunyai ajaran yang terkenal, yaitu “Molimo”. Molimo merupakan gabungan dari kata “Mo” yang berarti tidak mau, dan “limo” yang berarti lima perkara. Maka, “Molimo” adalah tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang.
Lima perkara tersebut adalah “Emoh Main” (tidak mau berjudi), “Emoh Ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “Emoh Madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “Emoh Maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “Emoh Madon” (tidak mau berzina).
Setelah Molimo, Sunan Ampel kembali membuat istilah baru membangun budi pekerti luhur karena adanya budi pekerti maka siat sopan santun, tata krama, dan perilaku baik akan menjadi tabiat.
4.Makam yang sederhana
Sunan Ampel wafat pada 1418 di Demak. Makamnya terletak di sebelah barat Masjid Ampel, Kawasan Ampel, Surabaya.
Makam Sunan Ampel sederhana, hanya ada kain putih di batu nisannya dan pagar besi setinggi 1,5 meter dengan luas 64 meter persegi menjadi pembatas. Hal ini mengakibatkan para peziarah dapat melihat makamnya secara langsung.
Makam Sunan Ampel bahkan menjadi yang paling sederhana di antara sembilan wali. Makamnya berdampingan dengan makam Nyai Condrowati selaku istrinya dan lima kerabatnya.
(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)
Advertisement