Sukses

BMKG Juanda: Peluang Hujan di Surabaya Terjadi hingga Malam Hari

Prakirawan BMKG Juanda, Ahmad Rofiul Huda menuturkan, potensi hujan sudah mulai terlihat pada siang hari ini dengan intensitas sedang hingga lebat di Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi, potensi hujan di Surabaya, Jawa Timur dengan intensitas sedang hingga lebat pada siang hingga malam hari pada Selasa (18/2/2020).

Prakirawan BMKG Juanda, Ahmad Rofiul Huda menuturkan, potensi hujan sudah mulai terlihat pada siang hari ini dengan intensitas sedang hingga lebat di Surabaya. Potensi hujan tersebut berpeluang terjadi hingga malam hari dengan intensitas sedang hingga lebat.

"Suhu udara 25-32 derajat celsius dan arah angin barat 5-30 KM. Kelembapan 80-95 persen,” ujar Huda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa pekan ini.

Ia pun mengimbau masyarakat agar mewaspadai hujan tersebut. Hal itu mengingat potensi petir dan angin kencang juga ada.

Mengutip data BMKG Juanda, cuaca di Surabaya pada siang hari alami hujan local di sejumlah wilayah. Suhu udara mencapai 32 derajat celsius. Kelempaban udara sekitar 85 persen. Arah angin dari barat dengan kecepatan 30 KM per jam.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.

3 dari 3 halaman

Potensi Bencana

Sementara itu, terkait dengan potensi bencana pada musim pancaroba, dikatakannya selain angin puting beliung, ada bencana lain yang wajib diwaspadai yaitu angin kencang, petir, dan hujan lebat yang datang tiba-tiba.

Mengenai daerah yang berpotensi terkena bencana tersebut, dikatakannya, cenderung merata.

"Kalau Jawa Tengah itu angin kencang merata, tidak milih wilayah. Kemarin juga sudah dimulai angin puting beliung karena sempat ada jeda hujan sebentar, itu masa transisi," ujar dia.