Sukses

Industri Daur Ulang Plastik Tumbuh di Jatim Imbas Corona

Ketua Umum Kadin Jawa Timur, Adik Dwi Putranto menuturkan, industri daur ulang plastik tumbuh di Jatim karena sebagian besar pengusaha lebih memilih mendaur ulang plastiknya

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha Jawa Timur (Jatim) mulai memilih daur ulang plastik seiring tertutupnya akses dari dan ke China pascavirus corona (Covid-19) yang melanda negeri tirai bambu dalam tiga bulan terakhir.

Ketua Umum Kadin Jawa Timur, Adik Dwi Putranto menuturkan, industri daur ulang plastik tumbuh di Jatim karena sebagian besar pengusaha lebih memilih mendaur ulang plastiknya, ketimbang harus menunggu dibukanya kran impor plastik China.

"Kalau menurut catatan kami, pertumbuhan industri daur ulang plastik di Jatim saat ini rata-rata dua persen pascacorona, dan ini sebagai alternatif susahnya impor plastik dari China," ujar Adik, kepada wartawan di Kantor Kadin Jatim, seperti dikutip dari Antara, Jumat (21/2/2020).

Selain daur ulang plastik, Adik menuturkan, beberapa industri di Jatim juga telah dijadikan alternatif beberapa pengusaha sebagai langkah untuk bertahan di tengah wabah virus corona.

Adik mengakui, wabah corona yang gencar diberitakan telah mengganggu dunia usaha di Jatim, sehingga beberapa industri alternatif mulai bermunculan sebagai langkah untuk bertahan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), akibat merebaknya virus corona, impor dari China ke Jatim turun 16,44 persen, dengan dominasi komoditas sayuran dan buah-buahan.

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, turunnya impor dari China mendorong turunnya total impor Jatim selama Januari 2020, dengan total penurunan 1,08 persen, yakni dari USD 2,05 miliar pada Desember 2019, menjadi USD 2,02 miliar pada Januari 2020.

"Turunnya impor ini terjadi baik migas maupun nonmigas dan terbanyak dari China, yakni sebesar 16,44 persen, dari USD 595,89 juta pada Desember 2019 menjadi USD 497,93 juta pada Januari 2020," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Kadin Jatim Harap Segera Atasi Virus Corona

Sebelumnya, penutupan penerbangan ke China yang resmi akan diberlakukan mulai Rabu, 5 Februari 2020 dipastikan berdampak signifikan terhadap kinerja pariwisata Jawa Timur (Jatim). Hal ini mengingat jumlah wisatawan dari China yang masuk ke Jatim sangat besar.

"Wisatawan dari China memang terbesar, yang jelas ya turun drastis, tapi demi melindungi masyarakat itu harus dilakukan," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Adik Dwi Putranto, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 4 Februari 2020.

Adik menuturkan, penutupan penerbangan ke China dan dari China akan berdampak bagi dunia industri dalam negeri terutama dari sektor pariwisata. Namun, hal itu perlu dilakukan untuk melindungi masyarakat.

"Ini (penutupan penerbangan ke China) memang harus dilakukan, meskipun keputusan ini berat, sebab memberikan dampak buruk bagi dunia industri dalam negeri, utamanya dari sektor pariwisata,” ujar Adik.

Adik menuturkan, dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan jumlah wisatawan dari China yang masuk melalui pintu masuk Bandara Juanda pada Desember 2019 adalah terbesar ketiga setelah Malaysia dan Singapura.

Tercatat jumlah wisman China ke Jatim sepanjang 2019 mencapai 23.930 kunjungan. Jumlah itu naik 88,63 persen dibandingkan 2018 yang hanya 12.686 kunjungan.

"Khusus pada Desember 2019, dari total jumlah wisatawan yang masuk Jatim yang mencapai 20.546 orang, wisatawan yang berkebangsaan Tiongkok mencapai sebanyak 1.911 kunjungan atau turun sebesar 3,58 persen dibandingkan November 2019,” tutur dia.

Sementara wisatawan berkebangsaan Malaysia mencapai 6.554 kunjungan atau turun 13,13 persen dan wisatawan berkebangsaan Singapura mencapai 3.149 kunjungan atau nak 34,80 persen.

“Tapi dugaan saya krisis virus corona ini tidak akan lama. Harapan kami, Tiongkok secepatnya bisa mengatasi masalah itu,” tutur dia.

Ia berharap, Indonesia terutama Jawa Timur dapat menjadi alternatif tujuan wisata bagi wisatawan mancanegara yang ingin berlibur ke China. Ini karena potensi pariwisata di Indonesia sangat besar. Keindahan Indonesia tidak kalah dengan China, mulai dari wisata alam hingga belanja yang tersedia.

"Harapannya juga, wisatawan dari seluruh dunia yang batal ke China bisa masuk Indonesia," kata dia.