Liputan6.com, Surabaya Hotel di Jawa Timur (Jatim) berkembang pesat setiap tahun. Pertumbuhan hotel di Jatim sebesar 13 persen per tahun. Pada 2017, terdapat 1.881 hotel di Jatim dan meningkat menjadi 2.180 hotel pada tahun berikutnya.
Lantas, apa penyebabnya? Kondisi ini diperkirakan karena bermunculan virtual hotel operator (VHO) di berbagai daerah, seperti OYO, RedDoorz, Airy, dan sebagainya.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, hotel berbintang satu sampai lima berkisar 30 persen, sedangkan 70 persen berupa hotel non-bintang, seperti losmen dan homestay.
“Untuk 2019, data belum keluar, namun kami menduga pertumbuhannya bisa mencapai 20 persen,” ujar Dwi Cahyono, Ketua PHRI Jatim, seperti yang dikutip Antara, Senin (24/2/2020).
Ia tidak menampik di sejumlah daerah terdapat moratorium pendirian hotel budget, serta bintang satu dan dua, seperti di Batu Malang dan Banyuwangi. Akibatnya di wilayah itu hanya mengizinkan pembangunan hotel bintang empat dan lima, mengingat jumlahnya sedikit ketimbang hotel non-bintang.
Ia memprediksi pada tahun ini akan tetap ada penambahan hotel di Jatim sebab dibutuhkan untuk menampung tamu-tamu VIP atau kegiatan eksklusif.
“Kalau di Surabaya sudah lumayan tercukupi hotel kelas atas, berbeda dengan di daerah lainnya yang hanya punya satu atau dua hotel berbintang empat atau lima,” ucapnya.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto menilai pasar hotel berbintang di Surabaya Jatim masih sangat terbuka lebar.
“Sebab pebisnis-pebisnis dari berbagai daerah yang berkunjung ke Surabaya masih cukup banyak,” tuturnya.