Sukses

Stok Melimpah, Bulog Tulungagung Bakal Habiskan Jatah Beras 2018

Bulog berencana akan menyalurkan beras lewat BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai), KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga) dan sebagainya.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Urusan Logistik Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, berencana untuk menghabiskan stok beras hasil serapan 2018 yang saat ini masih tersisa 2.000 ton.

"Target kami stok beras tahun 2018 ini bisa habis maksimal di (bulan) Maret," kata Kepala Perum Bulog Cabang Tulungagung Irlia Dwi Putri di Tulungagung, Jawa Timur, Kamis, 28 Februari 2020.

Kebijakan tersebut ditempuh pihak Bulog untuk mengurangi stok yang masa simpannya terlalu lama. Kendati begitu, lanjut Irlia, kondisi beras yang akan dilepas ke konsumen masih dalam kondisi baik, dilansir dari Antara.

"Kami dari Bulog sudah ada komitmen, terhadap penyaluran baik di BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai), KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga) dan sebagainya, pada saat disalurkan itu harus zero complain. Jangan sampai ada komplain dari masyarakat," katanya.

Kalaupun kondisi beras sudah tidak memungkinkan untuk disalurkan lagi, akan kami lakukan mixing'(pencampuran) sehingga beras yang keluar nanti benar-benar yang kualitas bagus," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Program Penyaluran Beras Bulog

Mixing atau pencampuran saat ini telah dilakukan. Stok beras sisa hasil serapan tahun 2018 dicampur dengan beras hasil serapan 2019.

Penyaluran dilakukan melalui beberapa program, bisa melalui serapan di program BPNT, KPSH, penjualan melalui jaringan retail RPK (Rumah Pangan Kita) ataupun dengan melayani permintaan langsung dari mitra bulog dan sebagainya.

Penyaluran dilakukan secara tersebar. Selain di Tulungagung, beras stok 2018 yang di-mixing dengan beras stok hasil serapan 2019 juga dijual ke konsumen yang ada di Kabupaten/Kota Blitar, serta Trenggalek.

Total stok beras Bulog Cabang Tulungagung yang tersebar di empat gudang di Tulungagung, Blitar dan Trenggalek ada sekitar 13.000 ton, dengan 2.000 ton di antaranya merupakan sisa stok pada 2018.