Sukses

Pondok Langitan, Tempat KH Hasyim Asy'ari Menimba Ilmu

Pondok Langitan merupakan salah satu pondok tua di Pulau Jawa yang turut berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Provinsi Jawa Timur terkenal dengan lembaga pendidikan pesantren yang menyebar dari bagian paling timur hingga paling barat. Pesantren memiliki peran penting dalam perkemabangan ajaran Islam.

Sejak zaman Wali Songo, Jawa Timur telah melahirkan tokoh-tokoh sentral dalam perkembangan agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia ini. Sebut saja Sunan Ampel di Surabaya, yang merupakan guru bagi bagi para sunan lain.

Salah satu pesantren di provinsi ini adalah Pondok Pesantren Langitan. Secara administrasi pondok ini berada di Kabupaten Tuban, tapi lebih dekat dengan Kabupaten Lamongan lantaran berada di wilayah Kecamatan Babat, Lamongan.

Pondok yang berada di pinggir sungai Bengawan Solo ini telah melahirkan sejumlah tokoh penting Islam dan Indonesia. Dikutip dari Langitan.net, KH Kholil Bangkalan dan KH Hasyim Asy’ari pernah menjadi santri di Pondok Langitan ini.

Mbah Kholil, sapaan akrab untuk KH Kholil Bangkalan ini merupakan tokoh yang sangat penting di Madura, khususnya di Kabupaten Bangkalan. Hingga kini, makamnya menjadi destinasi wisata reliji di Pulau Madura yang ramai dikunjungi.

Sedangkan KH Hasyim Asy’ari, adalah pendiri organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdhatul Ulama atau NU. Kakek dari Abdurrahman Wahid mantan Presiden Republik Indonesia ke-4 ini banyak mengarang buku-buku referensial bagi umat Islam.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Masa Rintisan

Saat ini, pondok yang hanya berjarak 1 kilometer dari Kecematan Babat, Lamongan ini dihuni lebih dari 5.500 santri. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan ada yang berasal dari negeri jiran, Malaysia pun banyak yang mondok di tempat ini.

Tadinya, Pondok Langitan ini hanya berupa surau kecil. Dari tempat ibadah ini, KH Muhammad Nur, pendiri pondok ini mengajarkan ilmunya kepada para santri. Mulai dari ilmu bahasa, cara membaca kitab gundul, ilmu teologi dan sederet ilmu-ilmu agama lainnya.

Tak hanya mengajari ilmu-ilmu agama kepada santri, dirinya juga mengajarkan kepada masyarakat untuk berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dan mengusir mereka dari tanah mereka. Tak diragukan lagi, pesantren mempunyai peranan penting dalam mengusir penjajah.

KH Muhammad Nur tercatat mengasuh pondok ini selama 18 tahun, dalam kurun waktu antara 1852-1870 M. Pada zaman kemerdekaan, salah satu lembaga pendidikan tertua di Pulau Jawa ini berhasil mencetak sejumlah tokoh penting Indonesia.