Liputan6.com, Jakarta - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sedang menggarap pembuatan kapal perang canggih bernama The Croc. Pembuatan kapal ini dirancang sejak 2011.
Kapal perang ini dilengkapi dengan dua mesin 350 tenaga kuda. Kapal terbuat dari bahan aluminium ini berukuran ramping dengan panjang 12 meter dan lebar hanya 3 meter. Kapal buatan ITS ini dapat berubah menjadi tiga mode sekaligus antara lain kapal selam, hydrofoil, dan kapal biasa pada umumnya.
Kapal perang tersebut berbobot 15 ton sehingga cukup ringan untuk melayang. Sedangkan sayapnya terbuat dari baja karbon. Demikian mengutip dari tayangan Liputan6, ditulis Sabtu (7/3/2020).
Advertisement
Baca Juga
Mode kapal hidrofoil merupakan kapal yang memiliki bagian seperti sayap yang dipasangkan pada penyangga di bawah lambung kapal. Ketika meningkatkan kecepatan, lambung kapal hidrofoil terangkat dari air dan terlihat seperti melayang.
Ketika menyelam, kecepatan kapal ini bisa mencapai 15 knot. Sedangkan dalam mode hidrofoil, kecepatan mencapai 35 sampai 45 knot.
"Dua kali mesin induk 350 HP, terbuat dari aluminium, body dari aluminium. Hanya sayap terbuat dari karbon steel. Dan kapal ini bergerak pada kecepatan 35 knot – 40 knot pada posisi hydrofoil. Bergerak dan pada kecepatan 25 knot pada posisi kapal biasa, 15 knot pada posisi di bawah permukaan,” ujar ujar Pembuat Kapal Perang Canggih ITS, Wisnu Wardhana.
"Kapal nelayan dan penyelundup masih bisa deteksi, oleh karena itu kompensasi bisa menyelam, karena menyelam itu hindarkan deteksi radar, karena gelombang elektromagnetik tak bisa menembus air, dua kombinasai gabungan keunggulan deteksi dan kecepatan," ia menambahkan.
The Croc buatan ITS ini diharapkan sebagai kapal perang buatan dalam negeri ini bisa membantu dalam menjaga pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan untuk kasus penyelundupan atau pencurian yang kerap terjadi di perairan Indonesia.