Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan, sebagian besar wilayah di Surabaya, Jawa Timur alami hujan hingga malam hari pada Minggu (8/3/2020).
Mengutip laman BMKG Juanda, sebagian besar wilayah di Surabaya akan alami hujan disertai petir pada pukul 13.00 WIB. Kemudian hujan lokal di Surabaya akan terjadi pada pukul 16.00 WIB, berlanjut hingga pukul 19.00 WIB. Cuaca di Surabaya akan berawan pada pukul 22.00 WIB.
Suhu di Surabaya sekitar 24-33 derajat celsius dengan kecepatan angin dari arah barat 30 KM per jam. Kelembapan 65-95 persen.Pada siang hari, cuaca di Surabaya sebagian besar masih berawan. Suhu 31 derajat dengan kelembapan 75 persen. Kecepatan angin 20 KM per jam dari arat barat.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, BMKG Juanda juga merilis peringatan dini tiga harian di sejumlah wilayah di Jawa Timur untuk mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang pada 8 Maret 2020.
Waspadai hujan intensitas sedang hingga lebat di Surabaya, Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Gresik, Pulau Bawean, Jombang, Nganjuk.
Kemudian di Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Magetan, Trenggalek, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Sumenep. Selanjutnya pada malam hari di Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.
"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.
Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.
"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.
"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Advertisement