Sukses

Pemkot Surabaya Pesan 2.000 Rapid Tes Virus Corona COVID-19

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, pemeriksaan cepat virus corona baru dengan alat tersebut tidak dipungut biaya.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) melalui Dinas Kesehatan memesan sekitar 2.000 alat pemeriksaan cepat atau rapid test virus corona COVID-19.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, pihaknya memesan 2.000 alat pemeriksaan cepat virus corona baru yang memicu COVID-19. Akan tetapi, pesanan tersebut belum datang.

Ia menuturkan, pemeriksaan cepat virus corona baru ini ditujukan untuk warga Surabaya, dan warga tersebut masuk orang dalam risiko (ODR) dan orang dalam pemantauan (ODP).

Adapun ODP berarti belum menunjukkan gejala sakit, tapi sempat bepergian ke negara episentrum COVID-19 sehingga perlu dilakukan pemantauan.

"ODR adalah orang dengan risiko, orang berisiko rendah kontak dengan PDP dan orang berisiko tinggi yaitu kontak dengan kasus konfirmasi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin (23/3/2020).

Febria mengatakan, pemeriksaan cepat virus corona baru atau rapid test virus corona akan dilakukan oleh petugas analis medis dan dokter spesialis patologi klinik. Tes itu juga tidak dikenakan biaya. "Gratis,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Pemkot Surabaya Siapkan Gedung Isolasi

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan gedung isolasi bagi orang dalam pemantauan (ODP) dengan gejala ringan virus corona baru yang sebabkan Covid-19.

Gedung isolasi yang berada di kawasan Surabaya Selatan ini, dikhususkan bagi ODP dengan gejala Covid-19, seperti demam ringan, tapi tidak dalam kondisi sesak nafas. Gedung ini disiapkan sebagai upaya preventif mencegah penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya.

Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, selain masif menyemprotkan disinfektan, pembagian hand sanitizer gratis dan pemasangan bilik sterilisasi, Pemkot Surabaya juga menyiapkan gedung isolasi bagi ODP dengan gejala ringan Covid-19.

"Ruang (gedung) isolasi ini kita buat memang kalau untuk (gejala Covid-19) yang ringan-ringan, tidak ada sesak, tidak ada demam, kita taruh dalam ruang isolasi itu,” kata Febria sapaan lekatnya, Minggu, 22 Maret 2020.

Feny menuturkan, sebetulnya ODP bisa isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Hal ini sesuai dengan protokol yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Walaupun positif Covid-19, tapi tidak ada gejala seperti demam dan sesak nafas, itu memang diwajibkan isolasi mandiri di dalam rumah selama 14 hari.

"Yang dikirim (isolasi) ke rumah sakit adalah yang ada sesaknya. Baik itu ada sesak ringan atau sesak berat itu dikirim ke rumah sakit,” kata dia.

Dia menuturkan, jika ODP patuh terhadap isolasi mandiri yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, ia optimistis semua bisa aman. Namun, ia juga memastikan, petugas kesehatan dari Puskesmas tetap memantau kepada ODP tersebut selama 14 hari ke depan. 

"Tetap dilakukan pantauan 14 hari dari Puskesmas. Begitu Puskesmas setiap pagi melihat, kemudian itu nanti sampai 14 hari lewat, artinya sudah hilang virusnya,” terangnya.

3 dari 3 halaman

Ruang Isolasi Khusus di RS Rujukan

Sedangkan ruang isolasi yang disiapkan pihak rumah sakit, kata Feny, memang dikhususkan bagi ODP atau pasien dalam pemantauan (PDP) yang memang memiliki gejala COVID-19, seperti sesak nafas dan demam. Setidaknya terdapat 15 rumah sakit rujukan di Surabaya yang memiliki ruang isolasi khusus. Masing-masing rumah sakit tersebut, memiliki satu hingga dua ruang isolasi.

"Paling banyak (ruang isolasi) berada RSU dr. Soetomo Surabaya ada delapan. Kalau di RSUD BDH (Bhakti Dharma Husada) Surabaya ada satu, sedangkan RSUD Soewandhie ada dua. Tetapi kemarin RSUD Soewandhie direnovasi, jadi selesainya minggu depan,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya ini juga mengungkapkan, gedung isolasi yang disiapkan oleh pemkot di kawasan Surabaya Selatan ini, standarnya memang dibuat seperti di rumah sakit. Di gedung itu, terdapat 30 tempat tidur yang telah disiapkan. Namun demikian, gedung isolasi ini dikhususkan bagi ODP dengan gejala ringan Covid-19. 

"Khusus ODP nanti kalau agak demam sedikit ditaruh ke situ. Begitu dia (gejala) berat, baru (diisolasi) ke rumah sakit,” ujarnya.

Nantinya, pihaknya bakal dibantu petugas medis dalam melakukan pemantauan dan perawatan bagi ODP yang ditempatkan di gedung isolasi tersebut. Akan tetapi, sebelumnya tim dokter Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Re-Emerging) akan menentukan apakah ODP tersebut diisolasi di gedung tersebut. 

"Tim Pinere akan merekomendasikan kapan pasien isolasi mandiri, kapan isolasi di gedung tersebut. Kami siapkan ada 30 tempat tidur,” pungkasnya.