Liputan6.com, Jakarta - Desainer asal Surabaya, Gita Orlin membuat alat pelindungi diri (APD) berupa baju hazmat bagi tenaga medis. Pembuatan APD ini juga mengingat banyak rumah sakit (RS) dan puskesmas yang kekurangan APD.
Gita membuat baju hazmat tersebut sejak akhir Maret 2020. Setiap minggu, ia memproduksi sekitar 125 baju hazmat dan dikerjakan oleh 10 pegawainya. Ia merogoh kocek dari kantongnya sendiri untuk membuat APD tersebut dan disumbangkan bagi tenaga medis.
Baju Hazmat tersebut pun sudah ada yang diserahkan di salah satu rumah sakit (RS) di Jombang, dan akan diserahkan juga ke RS di Sidoarjo, Jawa Timur. Perempuan lulusan Universitas Airlangga ini juga donasi baju APD untuk memakai keahlian menjahit untuk membantu sesama dan bermanfaat bagi orang lain.
Advertisement
"Tidak semua tenaga kerja saya mengerjakan APD. Ada sekitar 10 orang dan 15 orang tetap kerjakan order untuk baju pesanan Lebaran," ujar Gita, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (12/4/2020).
Baca Juga
Selain membantu tenaga medis, Gita menuturkan, pembuatan baju hazmat juga agar turut menolong pegawainya. Ia juga berupaya untuk membayar tunjangan hari raya (THR) kepada pegawai.
"Ini juga agar pegawai saya tidak dirumahkan. 23 pegawai saya itu perempuan, dan suaminya sudah ada yang dirumahkan. Bagaimana mereka untuk beli susu buat anak-anaknya,” kata dia.
Ia pun mendapatkan pesanan dari pelanggan di luar kota seperti Riau dan Kalimantan untuk pembuatan baju hazmat. "Saya posting, dan pelanggan saya yang dokter juga ada yang mesan dari Riau, Kalimantan, dan Makassar," tutur dia.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Berburu Kain untuk Baju Hazmat
Gita mengakui untuk mendapatkan bahan-bahan baju hazmat saat ini juga sudah sulit. Bahkan dia harus rebutan di Jakarta untuk mendapatkan bahan untuk APD tersebut. Ia juga kecewa lantaran ada sejumlah oknum yang menjual baju hazmat dengan harga tinggi demikian juga dengan bahan untuk membuat baju tersebut.
"Saya rebutan hingga akhirnya dapat di Jakarta, di Pasar Pramuka. Kain sudah mahal, satu rol saja sekitar Rp 1,25 juta yang dulunya sekitar Rp 600 ribuan,” tutur dia.
Gita menuturkan, pihaknya membuat baju hazmat sesuai aturan. Namun, dari segi bahan memang ada keterbatasan lantaran bahan sulit ditemui saat ini.
"Pakai bahan spoundbond 75 gram, dan itu sudah sesuai standar, dan hanya sekali pakai. Kalau bahan tazlan bisa dipakai sampai 9 kali tapi bahannya susah dan mahal banget,” ujar dia.
Selain baju hazmat, ia juga membuat masker kain non medis sebagai donasi. "Bikin masker buat donasi. Tidak tega kalau momen saat ini dijual. Ini tiap minggu buat APD. Ini waktunya berbagi,” kata dia.
Advertisement