Sukses

Deretan Gereja Bersejarah di Surabaya

Toleransi di Kota Surabaya tersebut nyata terlihat seiring dengan keberadaan sejumlah rumah ibadah yang menyimpan banyak sejarah. Mulai dari keberadaan masjid, hingga gereja.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Pahlawan Surabaya, Jawa Timur telah lama menjadi rumah bagi banyak agama. Toleransi antarumat beragama di Kota Pahlawan ini terjalin sejak lama.

Toleransi di Kota Surabaya tersebut nyata terlihat seiring dengan keberadaan sejumlah rumah ibadah yang menyimpan banyak sejarah. Mulai dari keberadaan masjid, hingga gereja.

Selain tempat ibadah, Surabaya juga menjadi tempat bagi sejumlah kawasan etnis tertentu yang sejak lama ada. Di antaranya kawasan pecinan, yang merupakan kawasan etnis Tionghoa. 

Selain itu juga terdapat kawasan Arab dengan segudang pernak-pernik khas Timur Tengah. Juga tak ketinggalan kawasan yang menyajikan nuansa Eropa yang kedatangannya umumnya dibawa oleh orang Belanda.

Kali ini Liputan6.com mengulas gereja-gereja dengan nilai sejarah yang kental untuk peringati Paskah pada Minggu, 12 April 2020. Perayaan Paskah pada 2020 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya lantaran perkembangan situasi COVID-19 di Indonesia.

Ibadah Paskah diadakan di rumah lewat layanan streaming. Ini juga sesuai anjuran pemerintah untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah dari rumah. Anjuran ini sebagai salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Dirangkum dari berbagai sumber, inilah sederet gereja bersejarah yang ada di Surabaya:

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Gereja Kristen Indonesia Ngagel

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Ngagel. Gereja ini terletak di Jalan Ngagel Jaya Utara 81, kota Surabaya. Mengutip dari laman gkingagel.net, GKI Ngagel dimulai dengan pembukaan pos kebaktian di rumah keluarga Kho Kiem Boen Jl. Pucang Anom Timur II/31 Surabaya.

Dalam Kebaktian pada Minggu, 14 Juli 1963 pk 07.30 itu dilayani oleh Oei Sioe Sien (Widigda MP) yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Majelis GKI Djatim Kota Besar Surabaya.  Pos kebaktian ini berada di bawah pengelolaan GKI Diponegoro Surabaya.

Dalam perkembangan selanjutnya, dirasakan perlunya membangun sebuah gedung gereja yang lebih memadai untuk pelaksanaan ibadah, pelayanan dan kesaksian.

Pada 1 Januari 1966 mulai dilaksanakan pembangunan gereja dan peletakan batu pertamanya dipimpin oleh Kepala Bimbingan Masyarakat Kristen, R. Rasyid Padmosoediro. Pendeta Han Bin Kong dari GKI Jatim Surabaya, daerah Diponegoro, sebagai pendeta pengasuh daerah Ngagel memimpin Kebaktian Peletakan Batu Pertama ini.

Pembangunan Gereja Kristen Indonesia rampung kurang dari setahun sejak peletakkan batu pertamanya. Setelah itu gereja ini diresmikan pada 13 Desember 1966 dipimpin oleh Pendeta Han Bin Kong. Gereja Kristen Indonesia ini mempunyai 4 lantai yang berdiri di tanah seluas kurang lebih 950 m² dan menampung maksimal 252 orang.

3 dari 4 halaman

Gereja Katolik Kepanjen

Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Kepanjen ini dikenal sebagai yang tertua di Surabaya. Selain itu, Gereja Katolik Kepanjen juga menjadi gereja Katolik pertama di Kota Pahlawan ini.

Gereja ini dibangun pada 1899 oleh seseorang berkewarganegaraan Belanda, Westmaes. Namun, gereja ini baru berfungsi sebagai tempat ibadah setahun pascapembangunannya karena bangunannya sempat dialihfungsikan menjadi rumah sakit untuk menanggulangi wabah kolera.

Pertamanya, gereja pertama terdapat di pojok Roomsche Kerkstraat/Komedie weg (Kepanjen/Kebonrojo). Lalu, gereja Katolik pertama ini dipindah ke gedung baru di sebelah utara bangunan lama, yaitu di Jalan Kepanjen No.4–6 (lokasi sekarang), Surabaya karena gereja yang lama sudah rusak.

Gereja Katolik Kepanjen ini bergaya gotik jika ditilik dari seni arsitekturnya. Hal ini dibuktikan dengan bentuk dari jendela, pintu, langit-langit, hingga dari atap gerejanya.

Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat “Maranatha”

Selain Gereja Katolik Kepanjen dan Gereja Kristen Indonesia Ngagel, terdapat gereja yang dijadikan sebagai cagar budaya, yaitu Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat “Maranatha”.

Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat “Maranatha” ini terletak di  Jalan Yos Sudarso 2- 4, Kel. Ketabang, Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Bangunan dari gereja ini mempunyai gaya arsitektur Belanda Kolonial berciri Art Deco. Hal ini dapat dilihat dari atapnya yang besar dan rendah, serta gaya dari jendela dan pintunya yang khas Belanda.

Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat “Maranatha” ini juga dijadikan sebagai cagar budaya pada 2013 sesuai SK WALIKOTA SURABAYA No. 188.45/573/436.1.2/2011 oleh Pemerintah Kota Surabaya.

4 dari 4 halaman

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder Surabaya

Bangunan GKI Pregolan Bunder ini termasuk salah satu dari cagar budaya di Surabaya yang terletak di Jalan Pregolan Bunder Nomor 34 di Tegalsari, Surabaya. Bangunan peninggalan Belanda ini dibangun pada 1918. Pembangunan gereja dalam waktu tiga tahun, dan selesai  pada 1921.

Dosen Sejarah FIB dari Universitas Airlangga, Adrian Perkasa menuturkan, gaya arsitektur GKI Pregolan Bunder terasa kuat gaya kolonialnya. Gaya arsitekturnya sama dengan bangunan kolonial yang berkembang di Surabaya sekitar 1880-1920.

Mengutip laman gki-pregolan, mulanya gereja ini bernama Gereja Gereformeerd Surabaya (GGS). Gereja ini dibentuk 11 September 1881 yang dikukuhkan resmi oleh organisasi bernama de Christeijke Gereformeerde Kerk.

Selain itu, mengutip dari penelitian representasi spritualitas Kristen pada arsitektur GKI Pregolan Bunder Surabaya karya Trifena Wijaya, gereja ini diinisiasi oleh Pendeta Abraham Delfos, seorang misionaris dari Belanda.

GGS baru memperoleh status badan hukum berdasarkan Staatblad pada 9 April 1893 Nomor 100. Selanjutnya diterima sebagai anggota dalam lingkungan gereja-gereja Gereformeerd di Belanda pada 1896. Gereja ini kemudian menjadi klasis oravenhage berdasarkan ketetapan sidang generade sinode di Belanda pada 1899. Lalu masuk dalam klasis Java pada 1913.

Gereja ini pun masuk klasis Batavia (Jakarta) dengan anggota Jakarta, Surabaya, dan Bandung pada 1920. Lalu menggabungkan diri dengan Sinode GKI Jatim pada November 1960. Baru nama gereja diseragamkan menjadi GKI Pregolan Bunder Surabaya pada 11 September 1987.

GKI Pregolan Bunder ini juga menjadi perintis GKI di Surabaya dan sekitarnya antara lain GKI Darmo Satelit, GKI Manyar, GKI Merisi dan GKI Gresik.