Liputan6.com, Jakarta - Salah satu warga Kota Surabaya, Jawa Timur, pria berinisial T disinyalir termasuk dalam kategori orang dalam pengawasan (ODP) setelah mengetahui temannya meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona COVID-19.
Melalui laman Twitter @BanggaSurabaya, Pemerintah Kota Surabaya mengunggah video kesaksian warga Surabaya berinisial T yang sebelumnya pernah kontak fisik dengan temannya yang positif virus corona COVID-19, Sabtu, 11 April 2020.
Saat pertama kali mengetahui temannya tutup usia, ia mengaku panik dan bingung, tak tahu harus berbut apa. Namun, dirinya memilih pro aktif dan terus mencari informasi.
Advertisement
"Tanggal 23 Maret, saya dapat info bahwa teman saya meninggal. Saya jujur saja, saya panik, stres, sebab meninggalnya karena positif COVID-19. Saya bingung juga, apakah saya mau mengatakan kepada kawan-kawan bahwa saya ODP atau tidak,” katanya.
Baca Juga
Selanjutnya, salah satu kenalan dia memberi saran agar dirinya segera mengakses laman resmi penanggulangan COVID-19 dari Pemkot Surabaya.
"Akhirnya saya harus pro aktif. Kemudian saya menghubungi Mas Idri yang saya kenal. Mas Indri menyarankan untuk membuka laman lawancovid-19.surabaya.go.id di situ ada kuisioner-kuisioner yang harus kita isi,” kenang dia.
Tak pikir panjang, ia langsung mendaftarkan diri di laman tersebut. Di hari yang sama, dirinya pun langsung mendapat respons cepat dari Puskesmas terdekat. Pihak medis pun langsung memberi tindakan.
"Saya dihubungi oleh Puskesmas Gayungan. Saya di kasih obat paracetamol, vitamin dan masker. Kemudian pada saat ada rapid test, saya diberitahu Puskesmas untuk hadir,” kata dia.
Setelah hasil tesnya beres, ia langsung dihubungi oleh pihak Puskesmas yang menyatakan hasil rapid test negatif. “Alhamdulillah,” ucap dia di Surabaya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Saran untuk Warga Surabaya
Mengenai proses pendaftaran di laman lawancovid-19.surabaya.go.id, Ia menyatakan tidak sulit. “Sangat mudah. Wong tinggal cawang-cawang (mencentang) selesai. Langsung muncul, Anda ODP, dan Anda harus isolasi diri 14 hari,” katanya.
“Apresiasi saya untuk laman ini adalah tidak sekadar tempat mendaftar saja, tetapi ada tindaklanjut dan ada monitoringnya dari Puskesmas terdekat. Ingat, pada hari yang sama lho ya, saat saya mendaftar, langsung ditindak,” ucap dia.
Ketika ditanya soal menjadi ODP dan saat jalani isolasi mandiri, ia mengatakan langsung melakukan tes darah dan thorax, setelah itu mengisolasi diri dalam rumah, dan memisahkan barang dan tempat tidurnya dengan anggota keluarga lain.
"Saya membatasi diri, pisah kamar dengan kamar istri, baju yang saya pakai itu juga dipisah semua sama istri saya. Untuk mencuci pakaian pun menggunakan dipisah dan menggunakan air panas, juga dengan menggunakan deterjen yang terpisah,” katanya.
Makanan juga harus dipisah, lanjut dia , dan selama masa isolasi itu pakai masker. "Karena kita tidak pernah tahu, jika memang negatif yang syukur, kalau tidak, maka saya akan menyesal seumur hidup karena saya justru akan mengancam nyawa keluarga saya. Kalau kita merasa ada gejala, ya kita harus melakukan isolasi mandiri," ujar dia.
Selain itu, ia juga menyarankan kepada warga Surabaya yang merasa ada gejala agar segera mendaftarkan diri di laman lawancovid-19.surabaya.go.id dan langsung mengisolasi diri.
“Saran saya untuk masyarakat Surabaya, yang pertama jika merasakan gejala, segera daftar di laman lawancovid-19.surabaya.go.id. Karena kalau kita terdaftar semua, maka pemerintah akan lebih mudah monitoring melalui Puskesmas," ujar dia.
Kita tidak malu kita ODP, ia melanjutkan, karena punya tanggungjawab yang sangat besar, lebih terbuka, dan memperhatikan nasib orang lain. Dengan begitu, seseorang akan sadar dan akan lebih berhati-hati lagi.
"Dan kawan-kawan kita, akan berhati-hati semuanya sehingga akan menyelamatkan jiwa mereka termasuk jiwa saya sendiri,” ucap dia.
Advertisement