Sukses

Penjelasan Ketua Gugas Kuratif COVID-19 Jatim Terkait Klaim Ribuan Pasien Sembuh di Surabaya

Data Surabaya yang masuk di Pemprov Jatim adalah data yang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang jumlahnya 2.230 orang.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Gugus Tugas (Gugas) Kuratif COVID-19 Jatim, Joni Wahyuhadi menjelaskan mengenai perbedaan angka pasien sembuh COVID-19 data dari pusat atau Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dengan Surabaya

Menurut Joni, data Surabaya yang masuk di Pemprov Jatim adalah data yang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang jumlahnya 2.230 orang. 

"ODP itu Orang Dalam Pemantauan, memang kalau di dalam pemantauan itu tidak sakit dan tidak menunjukan tanda klisnis mungkin bisa tidak sakit," tutur Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu malam, 25 April 2020.

Joni mengatakan, sedangkan data PDP, yang sedang dalam pengawasan ada 601 orang dan yang sudah tidak diawasi lagi 340.

"Mungkin yang sudah tidak diawasi lagi ini bisa dicatat sembuh. Tapi sebetulnya kriterianya lepas dari PDP," katanya. 

Joni menyampaikan, catatan data yang di dapat dari pusat, konfirmasi di Surabaya itu 368, sembuhnya 70, meninggal 50.

"Ini yang tercatat di kita dan data ini diambil dari seluruh rumah sakit. Kalau di Surabaya, seluruh rumah sakit yang ada di Surabaya, termasuk RSUD dr Soetomo, RS Unair, RS BDH, RS Soewadi, dan lain - lain," ucapnya. 

"Jadi kondisi yang tercatat di kita seperti itu. Kalau mungkin ditafsirkan yang usai PDP atau usai ODP, memang cukup banyak. Kalau yang sembuh dari confirm COVID-19 di Surabaya cuma 70 orang," ujar Joni. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pasien Sembuh di Surabaya

Sebelumnya, dalam keterangan tertulis, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dr Ponco Nugroho mengatakan, dari data 1.380 pasien yang sudah dinyatakan sembuh itu, terdiri dari 1.086 orang dalam pemantauan (ODP), 243 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 51 orang pasien terkonfirmasi. 

"Angka kesembuhan lebih tinggi 6 persen dari pada kematian,” kata dr Ponco di Balai Kota Surabaya, Kamis, 23 April 2020.

Ia mengungkapkan, semua pasien yang telah sembuh tersebut, merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap. Bagi pasien rawat jalan, Pemkot Surabaya telah memberikan perhatian melalui berbagai macam intervensi. 

Mulai dari permakanan sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, vitamin, masker bahkan kebutuhan pribadi seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, shampo, piring, sendok pun juga menjadi perhatian tersendiri pemerintah.

"Bu Wali selalu memberikan perhatian itu. Seperti bersurat, mengirimkan berbagai kebutuhan dan pokak itu dibuat sendiri oleh ibu. Kami berusaha semaksimal mungkin agar imun mereka meningkat. Apalagi psikis orang yang diperhatikan itu positif thinking dapat menambah imun,” ungkap dia.

Saat ditanya kenapa angka positif di Surabaya mengalami kenaikan, dr Ponco menjelaskan,  selama ini pemkot melakukan test rapid dan tes swab tidak hanya sekali saja. 

Misalkan salah satu pasien saat dilakukan rapid test hasilnya negatif, maka tidak berhenti sampai di situ. Seminggu setelah itu, dilakukan kembali rapid tes kedua. Hal ini juga berlaku ketika pasien itu dilakukan tes swab.

“Jadi meskipun hasil swab pertama negatif, tapi kami ulang kembali tesnya 7-14 hari setelah tes pertama. Dan itu dilakukan semasif mungkin termasuk orang dalam resiko (ODR) dan orang tanpa gejala (OTG),” paparnya.

Ia juga menuturkan, warga yang berstatus sebagai ODR berjumlah 4.297 jiwa. Dari angka tersebut, warga yang telah selesai dipantau mencapai 4.054 jiwa. Artinya, yang sedang terpantau saat ini jumlahnya 243 jiwa. 

Sementara itu, jumlah warga yang statusnya sebagai OTG sebanyak 647 orang. Mereka terdiri dari 318 sudah selesai dipantau dengan 14 hari masa inkubasi. “Tinggal 329 yang sedang dalam pantauan,” ungkapnya.

Menurut dia, pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebenarnya sebagian besar memiliki riwayat penyakit penyerta. Dari data menyebutkan, pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebanyak 36. 

Rinciannya adalah 2 pasien meninggal tanpa penyakit penyerta, 32 pasien dengan penyakit penyerta, dan dua kasus PDP dengan penyakit penyerta. “Sekali lagi, dari 36 hanya ada dua pasien yang meninggal tanpa penyakit penyerta,” kata dia.