Sukses

Inflasi Mei 2020 di Jawa Timur Tercatat 0,18 Persen

Dari delapan kota indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi pada Mei 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi 0,18 persen pada Mei 2020. Inflasi ini didorong dari kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok seperti pakaian dan alas kaki.

Dari delapan kota indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi pada Mei 2020. Inflasi tertinggi terjadi di Malang sebesar 0,27 persen.

Disusul inflasi Surabaya sebesar 0,21 persen, Probolinggo sebesar 0,05 persen, Sumenep dan Banyuwangi sebesar 0,02 persen serta Madiun sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,19 persen.  Kemudian disusul Jember 0,03 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender Mei 2020 sebesar 0,86 persen. Sementara itu, tingkat inflasi tahun ke tahun pada Mei 2020 terhadap Mei 2019 sebesar 1,83 persen.

Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga, Wisnu Wibowo menilai, inflasi di Jawa Timur masih wajar dan relatif rendah. Ini ditunjukkan dari inflasi tahun ke tahun pada Mei 2020 terhadap Mei 2019 sebesar 1,83 persen. “Inflasi masih dalam batas wajar,” ujar Wisnu saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/6/2020).

Lebih lanjut ia menuturkan, inflasi Jawa Timur mencapai 0,18 persen pada Mei dan lebih tinggi dari nasional didorong dari momen puasa dan Lebaran. Ia menilai, respons masyarakat terhadap momen puasa dan Lebaran masih tinggi di Jawa Timur sehingga mendorong kenaikan permintaan dan harga.

“Di sisi lain suplai terjadi gangguan distribusi, logistik pusat produksi ke pasar agak tersendat karena sejumlah wilayah di Jawa Timur ada yang melaksanakan pembatasan sosial berskala besar,” kata Wisnu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Kelompok Transportasi Sumbang Inflasi 0,20 Persen

Inflasi dipicu kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran seperti pakaian dan alas kaki 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,01 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,16 persen.

Kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen, kelompok transportasi sebesar 1,5 persen, dan penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,09 persen.

Sementara itu, kelompok yang mengalami deflasi antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,13 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,24 persen. Sedangkan kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan.

Pada Mei 2020, kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,18 persen, dan alami kenaikan indeks dari 102,90 pada April 2020 menjadi 103,09 pada Mei 2020. Dari empat subkelompok pada kelompok ini, taiga subkelompok alami inflasi dan satu subkelompok tidak mengalami perubahan.

Subkelompok yang alami inflasi antara lain subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,20  persen, subkelompok jasa rawat jalan sebesar 0,30 persen, dan subkelompok jasa kesehatan lainnya sebesar 0,30 persen. Sedangkan subkelompok jasa rawat inap tidak mengalami perubahan.

Selain itu, kelompok transportasi tercatat inflasi 1,5 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 101,41 pada April 2020 menjadi 102,93 pada Mei 2020. Subkelompok yang alami inflasi yaitu jasa angkutan penumpang sebesar 10,07 persen. Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi 0,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu angkutan udara sebesar 0,20 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain angkutan udara, daging ayam, ras, bawang merah, apel, melon, cumi-cumi, tempe, ikan bandeng/ikan bolu, udang basah, dan susu bubuk untuk balita.