Liputan6.com, Jakarta - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyatakan sebanyak 38 orang yang sebelumnya positif terinfeksi virus corona atau COVID-19 dan berasal dari empat klaster telah sembuh 100 persen.
"Empat klaster ini sudah selesai (sembuh) dan menyisakan enam klaster lain yang masih proses penyembuhan," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung Galih Nusantoro di Tulungagung, Selasa.
Empat klaster (penularan corona) yang kasus sembuhnya telah mencapai 100 persen dan tidak ditemukan kasus baru tersebut adalah klaster umroh (3 kasus), klaster haji (5 kasus), klaster Jabalsari (11 kasus), dan klaster pabrik rokok S (19 kasus), dilansir dari Antara.
Advertisement
Baca Juga
Sementara enam klaster yang masih menyisakan penderita corona strain baru adalah klaster tenaga kesehatan 1 (31 kasus, sembuh 96 persen), klaster pabrik rokok A (8 kasus, sembuh 89 persen), klaster Bungur (14 kasus, sembuh 93 persen), klaster tenaga kesehatan B (5 kasus, sembuh 0 persen), klaster kesehatan J (9 kasus, sembuh 55 persen), dan klaster karyawan perbankan (15 kasus, sembuh 93 persen).
"Paparan di atas termasuk 10 kasus sembuh per hari ini dan tambahan satu kasus baru yang terkonfirmasi positif (COVID-19) dan diterima tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung," kata Galih.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
235 Positif COVID-19
Secara keseluruhan, jumlah kasus terkonfirmasi positif corona di Tulungagung per 30 Juni tercatat sebanyak 235 orang, dengan 193 orang di antaranya dinyatakan telah sembuh.
Dari total 235 penderita COVID-19 itu, tiga penderita yang sebelumnya berstatus PDP (pasien dalam pengawasan) meninggal dengan hasil tes usap positif corona.
"Persentase kesembuhan kasus COVID-19 di Tulungagung sampai hari ini mencapai sekitar 82 persen," katanya.
Dijelaskan Galih, pola penularan COVID-19 di Tulungagung tidak lagi akibat transmisi PPDT (pelaku perjalanan daerah transmisi), namun sudah menyebar dari orang ke orang di level lokal atau transmisi lokal.
Kondisi inilah yang sempat membuat kecepatan penularan kasus di Tulungagung cukup tinggi, sebelum akhirnya mulai melambat dalam dua pekan terakhir.
Advertisement