Liputan6.com, Surabaya- Perajin tenun ikat di Kota Kediri, Jatim, memiliki cara untuk bertahan di tengah pandemi Corona Covid-19. Inovasi warna pun dilakukan supaya produk mereka tetap disukai pelanggan.
Hal ini dilakukan Erwin, pemilik kerajinan tenun ikat merek Tenun Bandoel. Ia ingin warna yang berbeda untuk produknya.
Ia pun mempelajari warna secara autodidak. Ia mencoba mengurai dan mencampur berbagai warna.
Advertisement
“Kalau belum ketemu warna yang saya maksud, saya tidak bisa tidur,” ujar Erwin di Kediri, seperti yang dikutip dari Antara, Jumat (3/7/2020).
Baca Juga
Ia mengungkapkan, pemilihan warna-warna dari tenun ikat produknya tersebut sempat menginspirasi koleksi Neon karya Priyo Oktaviano yang pentas di Kota Kediri pada 2019.
Erwin melanjutkan usaha tenun ikat ayahnya di sentra tenun ikat Kediri, Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto. Sejak kecil, ia sudah mengenal motif dan warna tenun. Hal itu yang juga memberi ide, bagaimana membuat warna-warna tidak monoton, motif yang lebih kekinian sehingga ada nilai tambahnya.
Proses yang lebih rumit membuat harga jual produk yang dibuatnya juga lebih tinggi jika dibandingkan tenun ikat kebanyakan. Untuk kain katun (bahan baju) untuk warna yang bagus dibanderol harga hingga Rp250.000 per lembar. Namun, juga terdapat harga yang standar, yakni rata-rata Rp175.000 per potong. Sedangkan, untuk baju yang sudah dijahit seharga Rp400.000 per potong.
Pada saat pandemi Corona Covid-19, Erwin mengakui bahwa permintaan dari pelanggannya memang turun drastis. Bahkan pesanan yang sudah dipesan, tidak jadi diambil.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kediri Nur Muhyar menegaskan, pemkot juga tetap memberikan dukungan untuk industri kecil serta UMKM agar tetap bertahan.
“Pemkot Kediri membeli produk tenun ikat yang dijadikan masker, dengan memesan lebih dari 5.000 lembar masker,” ucapnya.